Selintas pandang, mata saya menelisik serombongan pramugari berbalut 'fabric' cerah berjalan menyeret 'lugage' rodanya. Namun tak terdapat Jane. Begitu pula sampai ketika 'air craft' tertutup, bersiap untuk melepas alas betonnya, tak tertangkap sekerjap pun pandangan seorang Jane. Dan saya memaklumi, walaupun seharusnya dia ada. Kemudian, seperti layaknya, pesawat bersecepat kilat untuk memenuhi 'throttle' nya guna mengangkat tubuh raksasa bersayapnya menyudut langit.  Perlahan dan menyepat terbang menebas awan, selalu yang saya rasakan,  tubuh saya memiliki sayap dan terbang melarikan diri dari ingatan.  Terbang mendekat langit, membuat saya bisa membuang memori yang membentuk lama di bumi yang membebani kepala saya. Bersama sayap saya bisa melepaskan memori-memori predator yang memburu dan memakan setiap memori-memori baru saya. Dari jendela oval pesawat bersayap, saya merenungi wajah  wanita Jane.
"Maafkan saya Jane. Tak ada guna kamu bersikeras mengumpulkan serpihan-serpihan memori saya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H