Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Adios Diego, Gracias Campeon!

28 November 2020   21:35 Diperbarui: 28 November 2020   21:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anugerah telah diberikan atas kemampuan visi menakjubkan dalam membaca permainan sambil berlari seperti bayangan. "Kami hanya bisa berdiri dan mengawasinya untuk menjadi saksi atas kejeniusannya" kata Jose Carrasco 'el Lobo' gelandang Barcelona, yang didapuk sebagai pedribbling brilian Espana kala itu.

Berjuta kisah menceritakan Diego, namun di ujungnya 'abu kembali ke abu'  meskipun dia menampakkan garis 'dewa' diperkuat ketika 'Tangan Tuhan' menebas bola menusuk gawang Peter Shilton di silam Mexico World Cup 1986.

"Sedikit kepalaku dan sedikit sentuhan tangan Tuhan" katanya waktu itu. Kemudian gol ikonik itu terekspresikan kedalam mural imaginasi dari "Creation of Adam" lukisan Michelangelo di langit kapel Sistine.

Pada kenyataanya Maradona juga manusia, seperti, 'rocker juga manusia' seorang lelaki yang separuh panjang nafasnya mengalami tekanan kuat di dalam dan di luar lapangan.

Mskipun dia mungkin tampak seperti 'dewa' di lapangan, pada kenyataannya dia hanyalah seorang pria dimana sanjungan secara bertahap menghancurkannya. Lewat pesta pora yang hanya bisa datang ketika tidak ada orang di dunia yang pernah memberitahu 'tidak'. Menjerumuskannya kedalam tikaman alkohol dan belenggu narkoba, kontroversi dan perilaku aneh selama bertahun-tahun.

Namun kekurangannya ini, tidak pernah mengurangi rasa cinta dunia, terkhusus tanahnya Argentina dan biru Naples di belahan selatan Italia.
Dan Kamis 26 November 2020 kemarin prosesi 'funeral'  berlangsung tak percaya, yang sehari sebelumnya didahului lambaian dan linangan mata dari tribute sepuluh ribu fans yang memblok semua lorong seputar Plaza de Mayo buat si nomor sepuluh.

"Diego tidak mati, Diego selalu hidup didalam kami" begitu suara luka ketika peti jasad berjalan pelan memasuki 'cemetery' Bellavista. Bersamaan, nun disana, di pelabuhan selatan seberang benua, semua lampu lampu stadion dipadamkan untuk menyembunyikan tangisan rumah bundar San Paolo, rumah cinta kedua 'El Diez'.

Perjalanan bumi kelas menengahnya telah selesai di Janvis Bellavista, yang lalu menyadarkan kita bahwa Diego Armando Maradona bukan dikirim dari sini, dia berasal dari kosmik lain di " Cosmico El Barrilete".
AD10S Diego, Gracias Campeon!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun