Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu yang Belum Selesai

24 November 2020   08:57 Diperbarui: 24 November 2020   09:01 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Rani hanya melihat ketegaran dan perjalanan ibu menuju utara mendekati surga. Bahwa ibu bapak itu sama dan berpasangan tapi adalah kodrat yang mesti ditempatkan didalam rahmat adi kodrati.

Dan mentari mulai menaikkan sudut parabolanya mendekati ubun ubun, Rani yang sedari pagi di timur, sudah hadir di pesarean ibunya, masih bersimpuh memanjat doa dan kenangan yang sama. Tentang cerita yang menguatkan, selalu akan kehidupan pilihannya. 

Kecantikan parasnya yang memikat persis rona sang ibu, kini mulai membentuk keindahannya. Meski kerupawanan tak lah punah, dia hanya memudar, Rani sudah tak hendak memikirkannya. Tentang kecantikan yang seperti makanan lezat di piring, atau seperti berkejaran dengan lipatan, atau kecantikan itu hanya kerumunan hingga ajal, yang belum tentu terlihat surga.    

Masih malas untuk beranjak dari gundukan rumput hijau pekat memadat itu, Rani sekali lagi menengadahkan wajah tirus berkaca mata hitamnya. Melihat langit yang pernah menawarkan gerhana bagai melihat  sebagai seorang istri seperti kata ibunya. 

Dia dapat melihat kehidupan dari sisi cerah dan melihat kembali ke masa gadisnya yang di sisi jauh melihat cakram gelap yang menyembunyikan matahari. Namun ini gerhana lembut ketika seorang gadis beralih dari gelap ke terang sehabis gerhana usai. 

Apakah transformasi  gelap terang ini dibaratkan dengan kehidupan setelah kematian? Atau mungkin orang orang di surga ketika melihat kembali orang-orang duniawi menjadi "aneh", ketika bagaimana kehidupan gadis terlihat bagi wanita yang sudah menikah?

Rani kembali merunduk, menghapus lapis keringat di dagu indahnya. Bibir merahnya tersenyum dan tangan lentiknya menyentuh batu nama ibunya. 

Seperti dia mengatakan telah tahu apa yang akan diambilnya kelak, soal langkah kehidupan keperempuanannya kedepan. Lalu dia perlahan beranjak bangkit. Berjalan perlahan dengan langkah lembutnya diantara rerumputan dan batu-batu bertulis memori.

Menghampiri mobilnya yang terparkir tak jauh di sisi jalan tengah pekuburan, ketika seorang gadis kecil melambaikan tangan mungilnya sambil berteriak tak jelas dari dalam mobilnya. Sementara asistennya membenahi tingkah ribet si princess kecil.

"Momi, momi.." balita cantik itu menyongsong dari pintu mobil, ketika Rani menyambut , memeluk dan menciuminya.

Lalu mereka bersiap meninggalkan lokasi,  sementara Rani mulai perlahan melajukan 'vehicle' melepas ke jalan utama. Permaisuri kecil disampingnya masih memandanginya tak lepas, seperti mengagumi, dan Rani merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun