Bambang tak tau antara mencoba atau bersiap siap. Barangkali yang pertama, lalu berlanjut menjadi yang kedua, atau berbarengan, mencoba dan bersiap siap.Â
Saat ini Bambang berjalan didalam waktu yang sedikit. Pada akhirnya, Bambang berpikir, dia akan menjalankan kedua pilihan itu sampai bertemu di ujungnya, bahwa mencoba itu akan sama saja bersiap siap.Â
Segala memang tidak terjelma ketika Bambang memutuskan untuk menikah dengan Sarasvati sebagai isterinya lagi, setelah kepergian Andriana istri tercintanya ke alam akhirat. Meski telah melalui perenungan yang cukup panjang sampai menjadi duda lapuk, akhirnya Bambang ketok palu untuk menikahi Sarasvati, wanita kedua yang mengisi kembali dalam setengah usianya.Â
Tentu saja mereka bahagia , gaes! Kerna mereka saling jatuh cinta terus terusan, dan secara pribadi, Saras membuat Bambang kembali hidup berpasang pasangan, tidak sendiri alias menjomblo dan terhindar dari stigma jomblo kasip. Â
Tapi tentu saja, bukan itulah yang menjadi alasan utama Bambang menikahi Sarasvati yang serupa secantik istri pertamanya, Andriana. Melainkan mungkin sudah jodoh, ya. Emang mau lari kemana sih, kalau sudah jodoh, iya kan, gaes? Â
Sehingga setelah berjalan dua dekade ini Bambang mengarungi bahtera bersama Sarasvati tanpa halangan berarti layaknya rumah tangga adem ayem. Bambang pun sebagai bekas duda yang sebetulnya  jauh lebih tua dari Sarasvati, praktis mulai sepuh. Dan Bambang mulai menunjukkan tingkah yang berbeda dari biasanya.Â
Saras sebagai istri yang telah makan asam garam bersama, sangat melihat perubahan ini, meskipun demikian halus dan lembut perbedaan itu. Kerna ini juga berhubungan dengan rasa hati, lho gaes. Meski merasakan beda nih, namun Saras sendiri masih tak pula menemukan arah dan tujuan perbedaan perlakuan Bambang akhir akhir ini.Â
Bambang pun terkadang secara sembunyi sembunyi melakukan aksinya, entah apa pulak yang diumpetin. Mengendap ngendap masuk kedalam kamar kosong yang biasa di huni almarhum istri pertamanya, ketika Saras tidak dirumah, pasti termasuk operasi kesukaannya. Â
Pernah sih, kepergok oleh Saras, namun bersih bersih, demikian Bambang berargumen, meski Saras mengerenyitkan dahinya parah.
Di kemudian waktu, Bambang yang kondang dengan paham'family man' juga mulai bergeser, terkadang mencari cari alasan untuk mencuri waktu bisa keluar rumah, meskipun dia sudah pensiun. Katanya, ada pertemuan alumni, begitu dia berkilah kepada Sarasvati.Â
Kumpul alumni  dari tingkat universitas, sma, smp, sd sampai tk. Namun sepandai pandai tupai melompat pasti jatuh juga, atau yang ini, sepandai pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga.Â
Kepergian Bambang yang makin menunjukkan intensitas tinggi, menjadikan kecurigaan Saras demikian memuncak. Sekarang hampir saban hari suaminya menyelinap jika tanpa ketahuan pergi meninggalkan rumah, dengan alasan yang semakin tidak masuk akal, karena alasan yang berulang ulang akan merupa menjadi kebohongan.Â
Dan Saras kawatir mempercayai akan pernyataan para politikus, bahwa kebohongan kebohongan yang terus menerus akan menjadi kebenaran. Jadi tindakan harus diambil, tidak bisa berdiam diri, begitu dia bertekad untuk mengungkap apa latar belakang sang suami bertingkah demikian. Lagi pula semenjak itu, Bambang lebih banyak bengong dan minus perhatian kepada istrinya.
Jadilah disatu pagi, Saras sengaja berkelakuan super manis seakan rumah tangganya normal saja, meladeni Bambang secara berlebihan, dari menyajikan sarapan yang lengkap dengan pilihan western atau lokal, bahkan menanyakan apakah akan pergi hari ini, dan menyiapkan segala hal yang biasanya nyebelin baginya. Namun Bambang seperti no comment saja dan hanya menerangkan dia pergi mau ketemu bekas bosnya dulu, dan segera berlalu.Â
Namun rupanya Saras telah pula menyiapkan diri untuk segera berjingkat keluar pintu untuk menguntit kemana gerangan sang suami menuju. Dengan skuter kesukaannya Saras berhasil menempel mobil Bambang dari belakang.Â
Hingga sehabis beberapa kelokan dan mulai menjelang jalan yang tak ramai, mobil Bambang memasuki gerbang suatu pekuburan umum. Saras tetap mengintil meski dengan hati yang mulai gundah, ada apa gerangan?Â
Sampai mobil suami menyisi berhenti dan Bambang turun menyusur lajur makam dan berhenti di satu makam yang terlihat banyak ditumbuhi lumut hijau. Dari balik batang kemboja Saras hanya memperhatikan suaminya berdoa dan mengelus ngelus batu nisan dihadapannya.Â
Tampak dari kejauhan wajah Bambang begitu duka dan tua banget, Saras jadi kasihan. Dan sehabis Bambang beranjak pergi, Saras melangkahkan kakinya menyambangi makam yang di kunjungi Bambang. Dan Saras merasa ikut sendu, setelah membaca nama Andriana yang terpahat di batu nisan yang hampir terhapus oleh lumut yang dia tau bahwa itu nama almarhumah istri pertama suaminya. Saras pun tak lama beringsut pergi setelah mendoakan.
Ternyata mereka tiba di rumah bersamaan . Saras hanya menatap Bambang dengan pandangan sedih, meskipun Bambang balas menatapnya dengan sinar pasrah.Â
Lalu Saras memeluk sang suami tercinta yang tampak begitu lemah dan sepuh di matanya. Seperti telah berkehendak  untuk merelakan rencana kepergian Bambang kembali ke almarhum mantan istrinya.
Lalu bagaimana dengan pendapat kalian, gaes? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H