Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Reuni Krakatau di Jalan Fussion

1 Februari 2020   12:10 Diperbarui: 1 Februari 2020   12:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krakatau Reunion (Foto: IG @krakataureunion)

Iie selalu menggerai rambut indahnya, tubuh mungilnya selalu bergerak, enggak banyak, tapi gerak tangan kaki dan tubuhnya itu adalah juga keindahan lagu itu sendiri, ku pikir seandainya pun dia enggak bernyanyi, gemulainya saja adalah sebuah nuansa melodi. Trie "Iie" Utami, besuara penuh memenuhi tidak saja sudut sudut gedung tapi masuk kedalam relung hati . 

Dia enggak pernah men 'downtone' lagu yang dibawakan bahkan di 50 an tahun usia emasnya, bernyanyi  di level diafragma yang sama di kala belia. Iie itu 'bola bekel' dan 'berisik', tapi ketika dia bergerak ditengah Krakatau, perempuan yang selalu bergaun kelam ini merupa penuh pesona seperti penyihir yang tak hendak kita hentikan.  

Kerna kita menemukan di papan panggung yang megah, seorang  perempuan  yang  bernyanyi indah, yang diselanya kita melihat tarian, lukisan dan puisi yang tak kalah memukau. Dialah Trie Utami Sari seorang pembawa suara fusion jazz Krakatau, masuk kedalam kalbu penontonnya, di nyaris dalam kematangan yang sempurna. Bersama  di jalan kematangan masing masing pemusiknya, Krakatau Band pun bertransformasi menjadi Krakatau Reunion.

Sebenernya aku sendiri semula kurang minat kerna kurang mengerti musik jazz yang terasa sebagai musik eksklusif kadang bikin pusing kepala,  meski aku lalu cuma ikut ikutan mendengar entah suatu lagu jazzy enak didengar, namun bersama waktu penasaran kenapa menurutku jazz itu rumit dan enggak runut. 

Namun pelan pelan itu menguak, ketika mencoba berkali untuk maksa mendengar improvisasi jazz. Kayaknya betul itu menjadi sederhana, bahwa jazz itu bukan alien atau mahluk asing, dia sama terstruktur dengan komposisi, chord, kreatif dan terkoneksi. Serupa dengan genre musik lain yang ada di bumi.

Ketika orang tua generasi setelah perang dunia kesatu mengatakan, jazz adalah musik yang immoral bahkan barbar, penuh korupsi nilai dan kultur dari suatu komposisi. Meski filosofi jazz harus ditangkap sebaliknya, yaitu memberikan komposisi ekspresi kebebasan penuh untuk struktur tradisionalistis. Ku pikir, masing masing pemain bisa share pikiran, emosi dan pesan kreatif yang bisa ditangkap dengan baik.

Embah jazz Amrik Duke Ellington pun bilang soal kesederhanaan jazz: Engkau mesti mencari satu cara untuk mengatakan tanpa harus mengatakannya.

Dan ku pikir Krakatau Reunion sudah mencapai tataran itu secara natural, bahkan aku tidak lagi merasakan interface lagi antara swing dari Indra Lesmana  yang tanpa terasa diambil  dengan rock dari gitar Donny Suhendra ditengah sinkopsi  dari drum Gilang Ramadhan dan sentuhan bas funky Pra Budidharma, juga pitchbend dari synthesizer Dwiki Darmawan.  

Lalu  ketika fusion Krakatau perlu lebih lagi energi, 'Kau Datang'  Trie Utami, menguatkan dengan karakter vokal yang kuat, cermat, khas dan unik. Mungkin ini yang menjadikan grup fusion jazz terkuat dan ter senior yang masih berkibar dan meluaskan penikmat  jazz lintas generasi. yang mestinya, dihormati generasi baru seperti Maliq D'essential, Groove, Ecoutez, Mocca maupun generasi setara seperti Emerald dan Karimata.

Hingga kini Krakatau telah melewati puncaknya dan hidup di alam maturenya, sehingga ketika reunion memanggil, mereka tidak merasakan lagi, kupikir mereka sudah menjadi seperti satu keluarga. Seperti kita kita, tua muda penggemar dan penanti  adiktif jazz Krakatau yang menamakan diri 'Keluarga Krakatau'. 

Penikmatnya akan mencatat dari mula Krakatau Band yang lahir di Cipaganti yang masih lengang di 1984, di Bandung yang masih dingin yang sarat musisi dan kiblat pembaharu  beragam genre musik. 

Dari pojok Jazz Corner Bumi Sangkuriang Bandung, Krakatau mulai menjadi perhatian musisi muda Bandung. Berganti vokalis dari Harry Moekti, 'kutu loncat', Ruth Sahanaya hingga Trie Utami. Spesial Trie Utami, memang terlahir dalam keluarga yang luber oleh musik. Kakak lelakinya Purwa Tjaraka juga salah satu tokoh musik senior yang telah malang melintang sejak akhir 70an yang kala itu termasuk mahluk langka. 

Sesekali pernah singgah mengiring piano paduan suara mahasiswa Ganesa ketika ku kuliah. Perjalanan Krakatau memang menggoreskan sejarah panjang akan sebuah band fusion jazz, yang telah tahu akan apa yang mau dikatakan dengan cara tidak mengatakan, kecuali dengan sharing tentang bunyi dalam fusion.  

Suatu tempuhan perjalanan yang panjang yang tidak pernah memisahkan hati dan pasion mereka. Krakatau tak pernah usai kerna mereka menyambung era dengan musiknya.

Dan diawal angka 2020 ini, kembali kita menanti pesona Indra, Pra, Dwiki, Gilang, Donny, dan 'the most beautiful girl on stage' Trie Utami, seperti menanti kunjungan suatu keluarga spesial yang kita cintai. 

Kembali ke alam ritme yang kaya dengan progresi harmoni yang kaya vertikalitas dari garis melodi,  rhythm yang mengayun acak, swing and shuffle, kadang  membawa ke ruang blues yang sendu dalam blue notes, improvisasi harmoni dan improvisasi melodi, membawa kita kepada satu perjalanan musik. A Musical Journey of Krakatau.

Hari terus berganti / Banyak yang tlah terjadi / Dirimu kian pasti / S'gala kan kuraih

Bila esok menjelang / Bahagia pun kan datang / Bintang di angkasa / Bersinar Gemilang...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun