Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kobe, Aku, dan Amrik

28 Januari 2020   18:01 Diperbarui: 29 Januari 2020   18:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayahnya yang juga pemain pro lawas bernama  Joe "Jellybean" Bryant, menganugerahkan anak bungsu laki satu satunya dengan nama mononim "Kobe"  karena mendapati menu beef enak dari Kobe, Jepang.

Sebenernya nomer jersey Kobe asli adalah 33 di tim Lower Merion SMA di Philadelphia. Apakah anda pernah ke Philadelphia kota terbesar di Negara bagian Pennsylvania(PA)? Kalo di Amerika kamu tinggal di Philadelphia ditanya, kamu tinggal dimana? Pasti kamu bilang, aku tinggal di Philly, sebutan slank dari Philadelphia. 

Philadelphia itu kota sejarah banget, bangunannya banyak bangunan tua megah. Banyak pekerja Indonesia di sana, maklum julukan kotanya adalah Kota Kasih Persaudaraan. Jadi agak agak mirip Pancasila.

Kalo mau makan KFC asli Kentucky, memang agak jauh harus ke Kentucky, bisa naik pesawat via Washington Dulles, bandara Washington. Kota terbesar di Kentucky adalah Louisville. Ini kota industri, banyak pabrik-pabrik, seperti di daerah Merak-Banten gitu. 

Ah, sudah lama tidak ke Amrik ya? Eh, tapi jika mau menapak tilas ke Philadelphia tempat kelahiran Kobe, dari Sukarno-Hatta kita mesti mendarat dulu di LAX, bandara Los Angeles, kota tempat Kobe berkiprah sebagai pebasket pro di Los Angeles Lakers, dia setia di Lakers selama 20 tahun. Jadi mirip dengan orang Jepang yang bekerja untuk satu institusi saja sampe pangsiun, mudah-mudahan bukan karena kebetulan nama Kobe-nya ya.

So, jadi lengkap sudah perjalanan menelusuri Kobe Bryant, mulai dari mendarat di LAX hingga terbang jauh ke timur ke Philadelphia tempat Kobe kecil dan kemudaannya berkembang sebagai pemain basket SMA yang langsung terjun ke NBA, bahkan di cap sebagai NBA MVP. Meski tadi agak melenceng ke Louisville Kentucky, maklum sekalian meeting di pabrik kimia, Lur.

"Kobe adalah Kobe, dia tetap bukan Michael Jordan yang individual player dan juga bukan Magic Johnson yang  play-maker."

Ngomong-ngomong, aku sendiri suka bermain basket di fase SMP dan SMA, meskipun enggak jago kayak Kobe, tapi lumayan dipake saat pertandingan antar-kelas dan punten olahraga di rapor juga mantul.

Namun sejak lepas SMA dan kuliah, aku setop olahraga basket, karena mungkin kurang yakin dengan kehidupan basket, bahkan sekalipun hobi. Namun yang masih tersisah, aku masih sukak pake sepatu basket kalo pergi hang-out. 

Walaupun makin jeblok main basketnya, tapi aku masih berperan di sepatu basket yang setia kupakai. Kayak Uya Kuya gitu, cuman dia kan levelnya fashion sehingga valuable, tapi aku yakin dia sama jebloknya di permainan basket, jadi enggak apa-apa.

Tapi bukan berarti cuman seneng sepatu basketnya doang, aku masih mengikuti NBA meski dalam live televisi, kalo enggak salah dulu penyiar yang ngetop adalah Ary Sudarsono yang sangat gencar memasyarakatkan basket dan membasketkan masyarakat sekitar tahun 80 an. 

Sosok Ary yang ganteng bergaya perlente yang dimirip miripin Pat Riley pelatih keren legendaris LA Lakers dan NBA team saat itu, Ary sangat berperan pada animo basket Indonesia kala itu, ikut menjadikan booming basket Indonesia terutama dikalangan anak muda.

Kepopuleran NBA. dari klub dan pemainnya bukan cuma kabar dan orangnya saja tetapi, kartu gambar pemain NBA, kaos, hingga mercehandise yang remeh-temeh menjadi riuh dan laris. 

Lejen-lejen LA dari Kareem Abdul Jabbar hingga duo terbang, Michael Jordan dan Scotty Pippen, sudah jadi merakyat, diitiru sampe ke anak-anak bocah. 

Jadi Lakers, memang juara dan enggak ada matinya, penuh memori atraksi dan cipta gerak basket yang khas memorable dari bintang-bintangnya.

Hingga masuk ke era Kobe ditahun di tahun 1997 bergabung LA Lakers dimana sudah ada Shaquille O'Neal, 'Shaq the Diesel', dan lalu mereka berdua Kobe-Shaq menjadi duo icon legendaris seperti Jordan-Pippen, Duncan-Robinson dan Stockton-Malone. Meskipun kabar keduanya sering cekcok dan tidak sepaham, namun toh LA Lakers tetap berjaya di bawah mereka dengan 3 kali juara NBA 2000-2002.

Memang setiap icon Lakers memiliki skill khas sendiri-sendiri, dari Magic Johnson, Michael Jordan hingga Kobe Bryant. Kobe terkenal dengan lompatannya yang tinggi, susah dijaga (unregardable) dan sangat individual dalam menceploskan bola. 

Namun sejak 2013 Kobe bermetamorfosis menjadi lebih banyak bermain passing sehingga skornya melorot tapi assist-nya meledak. Dan tipe ini ternyata lebih efektif untuk Lakers dan juga buat dirinya sendiri. Buat apa capeh capeh toh, kalo passing passing aja udah menang? Dan Kobe adalah Kobe, dia tetap bukan Michael Jordan yang individual player dan juga bukan Magic Johnson yang  play-maker.

Gemerlap lapangan basket NBA rupanya menularkan gemerlapnya hingga keluar lapangan, lobi hotel akomodasi Game All Star akan selalu riuh rendah dari bermacam kasta perempuan groupies yang membawa botol penuh Grey Goose, vodka resmi Groupies NBA. 

Kehidupan berkeringat di lapangan, yang membawa ke puncak ketenaran dan kekayaan membuat  godaan laten tersendiri  menjadi mudah dan sukarela masuk kedalam pergaulan demikian.

Mana mereka enggak tau falsafah menghindari Mo Limo lagi, ndak boleh melanggar lima M larangan.  Barangkali inilah pokok awal beberapa pebasket NBA kebablasan, seperti  kebesaran Kobe di tahun 2003 nyaris terjungkal oleh kasus assault atas seorang perawat perempuan 19 tahun, saat Kobe dirawat di di Lodge & Spa Colorado, yang lalu masuk ke persidangan atas tuduhan perkosaan. Namun masalah diselesaikan dengan cara damai, kerna sang accusser tidak mau dateng ke sidang, katanya sih.

Dan 'time goes on', kenanglah saja yang baek baek, dan inilah yang berlaku buat Kobe. Banyak yang meratapi kepergiannya yang begitu cepat dan tragis, tak urung Marcus Morris, forward keren dari Knicks yang masih enggak percaya atas kematian senior Philadelphia nya ini, katanya: superman tidak seharusnya mati. Padahal kita di Indonesia sudah lama punya Superman Is Dead (SID) yang digawangi Jerinx.

Sementara ini belum ada kabar yang pasti kapan penguburan sang NBA legend itu, saya sendiri belum dapet wa atau sms dari Amrik.  Selamat jalan Kobe Bryant. Demikianlah cerita Kobe, aku dan Amrik. Jangan bosen yach..😎

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun