Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetangga Udara

19 Oktober 2019   09:44 Diperbarui: 19 Oktober 2019   09:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayuk!" dia memaksa, sambil mengalungkan lengan panjangnya keleherku, yang tidak membuatku sesek tercekik, namun malah aku rasakan plong di tembolok jalan nafasku. Dan tiba tiba aku merasa rinduh, entah , pokoknya kangen, kayak mendengar tembang ari laso, kangen, lalu terhanyut kedalam masa pancaroba keindahan sebelum kelahiran internet.

Belum lagi senyumnya yang tanpa beban, semakin membuatku mengikutinya bak kerbau dicucuk hidung.

Lalu kami berjalan ke jurusan timur, tidak jauh ternyata, tapi tak sama sekali kulihat rumahnya. Namun dia meyakinkan telah tiba di griyanya, katanya kita akan memasuki lewat pintu depannya. Meski bola mataku tak menangkap apa apa, namun aku masuk ke feeling (seperti mendengar suara lawas Morris Albert). 

Tubuhku terasakan ringan, demikian sang kawan ini, tetap mendampingiku sebagai tuan rumah yang kompeten mengajak menyusuri ruang ruangnya. Semakin kedalaman ruangnya aku jadi kayak tamu asing yang sedih, seperti gelandangan yang kehilangan alas tidurnya. Hingga tiba disatu ruang, yang lebih lambat dari cahaya guna menyapa keinsafan. 

Agak tempo kami hanya berdiam saja, sampai dia rasakan aku bisa menyesuaikan segala, sebelum dia meninggalkanku. Dan aku mulai nyaman saat dia mulai melangkah meletakkan ku sendiri, sedang aku engga keberatan kerna aku sudah menyesuaikan. Meski aku mengerti siapa dia sebenarnya, aku masih basa basi menanyakan jati dirinya. "Sebenernya kamu itu siapah?" kutanya dia malah mesem.

"Aku Udara" jawabnya.

Sementara kabarnya, dirumah yang kutinggalkan, sudah terlihat ramai para tetangga berdatangan dan bersliweran. Sampe berinisiatip, inilah perlunya hidup bertetangga, mereka mendirikan saung temporer dijalan depan pekaranganku untuk menampung warga. Bersalaman dan keluar masuk pintu rumahku dengan paras duka.

 Namun aku tidak menemukan diriku disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun