1.Â
"Bri! Aku di bandara tiga. Sebentar lagi terbang. Labuan Bajo! Cium muaah.. 'Ink'..."Â
Di suatu fajar yang belum juga merekah, wasap itu melenturkan getarnya di gajetku. "Oh girl? Inka selalu saja penuh kejutan. Baru minggu kemarin menyusur pantai Banggai, Â yang katanya seru melompat di ketinggian air terjun Soladik yang dingin, di timur Luwuk. Dan sekarang.. Buset!"
Mataku yang masih rabun subuh dipaksa berkejaran dengan otakku yang melayang jauh ke sosok Inka, pacarku yang paling gres. Bayangan paras putih bulenya membuat bangun tidurku sedikit ajeg, sembari menatap profil imagenya, kupikir still Inka emang enggaklah termasuk  inces syantik. Cuma dia cute dan lucu. Barangkali tergolong paras komikal, yang jika dipandang langsung sukak gituh.
" Welcome to the jungle, Ink.." aku membalas malas.
"Wk wk wk.. love you!" sepersekian sekon dia merespon.
Dan aku segera membunuh aplikasi wasap kerna tau pesawat sudah memuatnya untuk terbang menyintas laut Flores jauh dari kamar sastraku. Kupandang meja dari pembaringan, kertas kertas yang berserak yang berisi mimpi yang belum kelar kerna terputus malam yang buntu tanpa keputusan.Â
Kubiarkan saja, untuk menentukan langkah keseharianku seperti mesin dijital. Melamun beberapa menit, kemudian mandi pagi, menatap keluar jendela kamar, menikmati bunyi kereta komuter yang padat berganti papasan, salin baju yang pantes lalu ngupi dan nyarap tilas semalam.
Siaplah aku mengajar anak anak sekolah lanjutan, apa saja, matematika bisa, bahasa oke, fisika dan kimia boljug (bolejuga), apa saja, selama aku punya ruang dan waktu bebas untuk menulis yang selalu meluberi pikiran keindahanku.
2.
Aku menjelang gawaiku ketika Inka berkirim gambar, dia melambai bersama kawanan komodo sambil tertawa.