Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bermimpi Timnas seperti Setan Merah

16 Juni 2019   01:39 Diperbarui: 16 Juni 2019   02:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ANTARA Foto

Sehabis era Luis Mila timnas Indonesia seperti layangan putus, canggung mencari pelatih yang cocok untuk suatu tim yang juga limbung ketika itu. Jadi bingung kita. Tapi keputusan mesti diambil setelah Bima Sakti yang baik hati, purna dengan tugasnya. Mesti dipilih orang yang pas dengan kondisi timnas disimpang jalan, ketika back to basic sinyor Mila enggak berujung prestasi sedang kapabiliti individual maupun team work juga enggak ngangkat. Orang orang diatas angin PSSI akhirnya memutuskan Simon McMenemy sang pelatih Bhayangkara FC ini diakhir Desember 2018. Ada harapan kala itu, pelatih kebangsaan Skotlandia ini boljug (bole juga).

Dari rangkaian FIFA matchday terakhir melawan Timnas Vanuatu semalam, Evan Dimas and friends mengalahkan Vanuatu dengan skor 6-0. Menang banyak nih!

Vanuatu Negara kecil di Samudera Pasifik ini konon katanya meskipun relatif belum lama tampil di persepakbolaan, tidak bisa juga dipandang enteng.

Seperti terlihat dari cara bermain mereka di bawah pelatih Irlandia , Paul Munster. Vanuatu memiliki ciri permainan clean dan apik. Football textbook terserap dengan baik, dari cara menerima dan melepas bola, mendribel, menyepak dan body grip, mengingatkan kita kepada gaya permainan Jerman. Pergerakan formasi yang kebetulan 4-4-2 apalagi saat menyerang, enak dilihat, enggak acak acakkan.

Dari postur juga merata tinggi dan proporsional, sebenarnya bisa menjadi syarat sepakbola modern di kemudian hari. Cuma sayangnya, fighting spiritnya kurang, moving skill nya agak selow, kurang olah raga barangkali atau perlu lebih banyak ngejim.   

Mungkin ini penyebab team Indonesia menang banyak, enem kosong bro! Namun bukan semata karena Vanuatu bisa dianggap tim lemah itu salah juga. Terlihat bahwa timnas kita ada peningkatan, mungkin dari kejelian pelatih McMenemy, bisa menempatkan dan memanfaatkan pemain dengan tepat atau nyaman. Pola 4-4-2 atau 4-5-1 bisa diposisikan dengan baik oleh hampir setiap pemain. Saya jadi kebayang dengan permainan tim Inggris Manchester United. Dengan jersey merah merah permainan timnas semalam, sudah mirip Manchester United meskipun mungkin kw sekian.

Tapi serius ini, penampilan lini belakang yang masif dan terstruktur dari center back Hansamu Yama Pranata dan Rudolf Yanto  Basna mengingatkan kita pada Rio Ferdinand bek yang lengkap, cepat, terampil, unggul di udara dan memiliki pergerakan yang cepat, yang juga back tertangguh selama satu dekade di MU, dan Gery Neville bek tengah terbaik Inggris yang dijuluki Ferguson sebagai pengantar susu yang selalu ada dan tepat waktu.

Yang menarik adalah midfielder visioner kita Evan Dimas, yang mulai bermain dalam kapasitasnya yang lebih dibandingkan sebelum dilatih McMenemy. Mengingatkan kita kepada Paul Scholes yang diquote pelatih Ferguson sebagai salah satu otak sepak bola terbesar yang pernah dimiliki MU.

Lagi, yang perlu dicatat adalah pemain sayap ekspres Andik Vermansyah, penampilannya semalam seperti buku yang terbuka, sehingga penyerang Berto atau Bachdim begitu mudah membacanya. Andik semalem itu ibarat Ryan Giggs yang dari awal sudah dipuji oleh pelatih Fergie, katanya "Saya ingat pertama kali aku melihatnya. Dia adalah brondong 13 tahun dan dia melayang di atas tanah seperti cocker spaniel mengejar selembar kertas perak di atas angin"  

Dan terkakhir yang saya taksir keren adalah Alberto Goncalves, mengingatkan kita kepada bomber Wayne Rooney, dan Fergie pernah berucap tentang Rooney begini, Penyerang England, berbadan petinju dan berjiwa singa dan kerap melawan gaya gravitasi dengan tendangan volley dan overheadnya

Pujian ini perlu dong, mengingat bukan pertandinganlah yang berat, tetapi team work dan kompetensi skil puncak saat pertandingan adalah lebih berat, dan meramu timnas tetap hebat dan konsisten seperti Manchester United adalah yang terberat. Bukan begitu beb Simon?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun