April tau hubungan ini bakal berakhir. Dan aku menyilakan ruang bagi jalan itu, melenggang tanpa keriuhan bahkan suara. Kami mulai membeku dipertemuan yang jarang, meja berbicara pula semakin membisu. Hanya saling menanti siapa terlebih dahulu meretas hati. Barangkali gengsi, ah, aku menegas bukanlah, ini risalah hati mengenai membuang cita cita menjadi kenangan, duh, beratnya melepas kisah sarat nilai ke kesia siaan. Tepatnya begitu, waktu indah yang begitu panjang tiba tiba silam. Gilalah aku!
April merunduk memainkan jemari, wangi baju hangatnya menyapu nafasku, fragrans tubuhnya mengurung meja minum kami. Â Wewangi yang mungkin paling akhir bakal pupus sebelum kenangan hinggap berkuasa.
"Apakah kita sudah tiba di adegan akhir, Apre" aku membuka kata di lampu meja temaram.
"Mmm...." April tak meneruskan gerak bibir merahnya.
"Apre.."
"Putus atau sambung bukan persoalan. Melepas  cinta lima tahun yang sudah terkirim, membuat kita sesak. Iya kan Dre?"
"Tak mudah namun harus, Apre"
"Iyups.." April menyorotkan matanya.
"Iyups.." aku menirukannya.
"Apre.."
"Andre.."