"Beginilah prof, penyakit ini menjadi akut" Dudi memberitahu. Sang Konselor mengangguk.
"Mungkin perlu obat dengan level lebih, prof?"
"Tidak. Tidak perlu"
"Maksudnya?"
"Anda sama sekali tak perlu minum obat" Konselor menatap mantap.
"Bagaimana mungkin prof? Apakah ada pasien berpenyakit sama seperti saya? Jika ada, bisakah saya melihat  data datanya prof? Apakah mereka lebih parah dari saya" Dudi bertanya beruntun sambil meludah lagi di wadah.
"Maaf bapak. Untuk yang ini saya tidak bisa menjawabnya" Konselor berkata pelan, lalu melanjutkan.
'Memang sejatinya kita pantang membuka aib pekerjaan yang sudah atau pernah kita jalani. Kita wajib menghormati tempat kita mencari nafkah kapanpun"
Dudi tertegun. Dia tidak meludah lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H