Sampailah waktu yang dinanti. Lapangan sepak bola sudah dipenuhi penonton, sebagian tampak masih berbondong mendatangi lokasi yang nampaknya mulai membludak.
Di panggung kehormatan Kepala Desa beserta jajaran dan exco PSSD tampak sumringah. Pertama kali dalam sejarah sepakbola ditonton hampir seluruh warga desa termasuk anak anak dan emak emak. Bahkan barisan depan mengelilingi lapangan, dipadati oleh emak emak sehingga para bapak mesti mengalah kebarisan belakang.
Acara dimulai dengan pidato Pak Kodri, Kepala Desa dilanjut Pak Udin yang merangkap sebagai ketua panitia, melaunching sepakbola emas dengan membawa sebuah bola yang berkilauan ditangannya. Bola emas! Asli!
" Waaahh..", Penonton terperangah dan seluruhnya bertepuk tangan.
"Inilah kebangkitan sepakbola kita! Mari kita sambut! Terima kasih atas partisipasi warga dan keluarga semuanya. Juga the power of Emak Emak!", Pak Udin lantang bersuara sambil menunjuk barisan depan penonton yang dipenuhi  para ibu.
Para pemainpun sudah on position, siaga mempertunjukkan keahlian bermain bola emas. Lalu wasit meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Bola emaspun ditendang kian kemari, digocek dan dioper. Bola emas bergelinding  kian kemari dan bergerak saling silang meninggalkan siluet berwarna emas menyilaukan, penonton takjub tak berkedip.
Hingga  tiba dimenit kesepuluh, terjadi pelanggaran yang berbuah penalti. Penyerang tangguh bersiap menyepak bola emas  dari titik dua belas pas, sementara sang kiper lawan tegang dibawah mistar. Penonton menahan napas, dan bola emas disepak. Buzzz...
Bola emas terbang melesat keluar melewati atas mistar gawang dan jatuh di tengah penonton. Penonton sekitar riuh berebut menangkap bola emas. Â Beberapa penonton sekitar lokasi bola emas terjatuh. Sementara bola emaspun bergelinding dikerumunan dan menghilang.
Panitia meneriakkan supaya warga tenang, meminta bola emas  segera dilempar kembali kelapangan.
Wasit meniup peluit memberi tanda supaya bola emas dikembalikan kelapangan sambil melihat arlojinya. Ditunggu cukup lama, bola emas  tak kunjung kembali.  Â
Kades Kodri melotot. Wajah Kaur Udin pucat. Dia turun dari panggung  dan berlari ketengah lapangan.