"Apa yang mengirimmu kembali, Meg? Aku terpaksa kepo.
Agak lama jeda, Megimei pun menyahut pelan.
"Aku quit dari politik, Jon. Kalo kamu mo tau, itu long story. Aku kurang selera membahasnya. Maaf".
Kulihat kekawatiran di wajah yang memang sudah erat kukenal itu. Mata beningnya mendung. Aku simpati dan memegang lembut tangannya. Aku bisa merasakan beban di pundak rampingnya.
"Ku antar kamu pulang" aku memaksa mengakhiri.
"Aku takut" Ucapnya lirih. Kepalanya berputar  seperti mencari sesuatu.
"Takut apa Meg?" Aku menanti sabar.
"Kamu tau Jon, lima tahun kita tak pernah jumpa dan itu tidak sebentar. Di kota besar, kamu tau, aku terjun di politik besar. Aku menikmatinya Jon, karena aku ingin berkarir sebagai politisi perempuan yang genuine bukan abal abal. Â Jerih payahku terlihat saat aku bisa akhirnya merengkuh jabatan deputi sekjen partai. Â Namun setelahnya, akhir akhir ini aku sering mengalami hal hal mistis. Aku enggak percaya..." Megimei terhenti, matanya menipis.
"Beberapa bulan terakhir aku merasa tak nyaman. Karena muncul mahluk yang kerap membayangiku di apartemenku. Sudah ku analisis dengan akal sehatku, ini pasti berhubungan dengan perkembangan politik akhir akhir ini. Sehingga dengan berat hati, aku harus menghentikan karir politikku". Meg melanjutkan dengan nada sedih.
"It's OK", kataku memotong bermaksud menenangkan.
 " No, Jon. Aku sungguh sungguh. I'm really scare!" Nada  suara Meg ketakutan.  "Politik ini jadi mengerikan. Mahluk itu betul betul menjelma dan terus mengikutiku sepanjang hari",  Meg  bicara seperti tercekik.