Contohnya Brasil, Belanda dan Inggris, mereka punya style yang bukan setingan, tapi lahir dari hati, dari tanah mereka sendiri. Persis sama dengan Indonesia yang jika diganti gaya, malah termanipulasi sehingga yang tampil permainan artifisial yang mudah berobah robah tanpa tujuan yang jelas. Hal ini terlihat dalam laga penyisihan AFF 2018 kemarin, Indonesia bermain tanpa pola, Banyak gaya ditampilkan ada gaya Spanyol, ada gaya Inggris, lalu gaya Italia, sedikit gaya lokal. Nah, ini yang membuat permainan acak acakan, banyak gaya tapi malah mati gaya.
Secara team work timnas memang kedodoran, namun benang merah Garuda tetap terlihat yaitu pada diri pemainnya yang memliki kodrat alam bermain bola yang bukan di bikin atau di engineer.
Indonesia enggak pernah akan kehabisan stok pemain muda yang nature talented, terbukti dari pemain pemain muda di U13, 16 dan 19, yang sudah cukup bukti, bukan janji.
Tinggal PSSI nya saja, yang mesti buruan nyontek organisasi sepakbola mapan seperti FA (Football Association) Inggris misalnya, yang begitu professional sekaligus nasionalis yang kuat. Mengelola manajemen PSSI memakai aplikasi ala militer, atau ala pemerintahan atau ala partai politik, itu kuno sekali. Aplikasi tersebut enggak ada yang mau buat, kalo toh di create, pada males ngunduhnya.
2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H