Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Foto Jadul

21 Desember 2017   15:25 Diperbarui: 21 Desember 2017   15:32 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di momen ulang tahun UGM 68, presiden Indonesia hadir sekaligus reunian dengan teman semasa kuliah.  Diantara acara standar dies, yang paling menarik adalah penayangan picture Jokowi semasa kuliah di era 80 an dengan markah rambut gondrong dan celana panjang bell bottom atau cutbray.

Dikemudian ada juga yang memposting picture lawasnya pak Jokowi  semasa menjadi mahasiswa di UGM. Banyak sekali reaksi nge-like tentu saja, termasuk saya. Ternyata tidak itu saja, hal ini diikuti oleh bapak Fadli Zon dan bapak Anies Baswedan.

Menengok foto lawas masa kuliah adalah menjadikan timbulnya perasaan yang macam macam, seru. Bukan cuma melihat kenangan tapi merasakan value dari suatu masa, yang terasakan berbeda dengan rasa existing. Kita seperti tercebur di air dingin yang segar dengan energi yang bersih. Itulah sinyal bahwa otak kita masih dalam masa bahagia dibanding otak kita yang sekarang yang dipenuhi keinginan kehidupan yang eksponensial.

Kehidupan studi yang menyenangkan adalah makanan otak yang sejuk basah, bukan otak yang kering seperti dikeumuran sekarang ini.

Kepandaian intelektual menjadi pelita satu satunya dengan dibungkus masa lini yang sangat identikal terutama di era 70-80 an. Di lingkup institusi pendidikan negeri, dimana kebodohan adalah satu hal  yang muskil atau menjadi hal yang langka dan lucu. Anekdot jika kedapatan jebloknya nilai test suatu kredit bisa menjadi candaan bahwa kita mesti sering makan otak di warung padang, sudah terbiasa menjadi joke lucu lucuan yang tidak menyakitkan pada level intelektual kampus.

Masa masa kampus yang tercermin dari potret jadul, selalu merekatkan rasa ke masa lalu yang solid, yang berusaha di enforce oleh memori kita ke masa kini, namun engga bisa lagi menjadi solid malah sulit. Masa romantika kampus selalu kompak selain tujuannya sama, juga elannya sama, sehingga kita mengenal pribadi sekaligus bisa mengenal hati, sikap, sifat yang enteng enteng aja engga baperan. Karena kemudaan kita terjaga oleh institusi yang paling tua sejarahnya  yaitu pendidikan dasar terawal dari suatu peradaban, sehingga pribadi kita tidak bisa berubah seenak udel diluar otak kita dan otak besar dunia scholarship.

Kejujuran, kerendahan hati, empati, engga kepo, adalah keadaan biasa sehari hari yang terjalin di kehidupan semester  kampus yang penuh tugas, eksperimen ataupun penelitian yang dijalani, diteduhi dengan fasilitas dan kebebasan berkesenian yang masuk akal seperti musik, teater, dlsb. Terlebih di era 70-80 an, dimana seni  dunia yang lahir masih terasa genuine dan core.

Kembali ke laptop, reuni masa kuliah lengkap dengan dengan merchandise  dieranya, terasa menyenangkan. Berjumpa dengan kawan kawan semasa kuliah otomatis otak kita menarik kemasa lalu. Harapan bercengkerama dengan basis yang dulu itu impossible, bahkan sekarib apapun kita semua kini sudah sangat berbeda. Engga mungkinlah kita ketemu Jokowi main kitik kitik kayak dulu, misalnya. 

Ada kebanyakan teman yang sudah sukses dan pensiun, masih selalu pamer jabatan yang pernah dilakoninya di setiap pembicaraan.  Atau beraktifitas yang pernah diidamkan namun engga pernah kesampaian saat menjadi aktivis mahasiswa. Atau juga, ada yang pamer masih produktif setelah usia pensiun dengan menjabat posisi yang pernah diidamkan namun tidak pernah kesampaian di usia produktifnya.  Ada yang kerjanya piknik aja, nyari paket travel murah disetiap bulan promosi. Ada yang bener bener  drs, dirumah saja, momong cucu, tai chi pernafasan, herbalan, wa-an, mengoleksi kata kata bijak.  Ada juga yang kulineran aja, engga takut kolesterol. Ada yang masih konsisten jadi pengajar atau pedagang.  Ada yang udah keliatan tua banget dan diem aja.

Jadi begitu beragam disaat reuni, terlebih reuni yang sudah mendekati senja atau magrib. Apa yang kita peroleh darinya adalah pengayaan diri sendiri akan perubahan manusia dan dunianya. Jangan berharap menarik teman teman ini masuk ke masa kampus seperti dahulu, udah kesorean.  Foto foto jadul bukanlah time travel, menarik teman teman atau bahkan diri sendiri ke kejadulan seperti memasuki lubang jarum.  Kita mengenal baik teman kita di foto jadul, tapi kita tidak lagi mengenalnya sekarang, bisa saja, bahkan kebanyakan begitu.

Foto jadul itu menyamankan kita sekaligus menyesakkan.  Saat  sekarang ,saat kita menatapi foto jadul, bahwa kita pernah menghirup kampus dengan otak yang jernih dalam nuansa bening sekaligus kita merasa tidak pernah mengenalnya lagi, atau kalaupun masih, kita tidak lagi mengenali kawan kawan kita yang dulu. Kagak menarik dan penuh artifisial.

Kecuali seperti dua sahabat sejati, Rod Stewart dan Ronnie Wood.

I don't wanna talk about it-how you broke my heart-If I stay here just a little bit longer-If I stay here, won't you listen-To my heart....

(dinyanyikan sendiri boleh koq..)

balongan 20171221

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun