Jakarta - Temuan baru menunjukkan bahwa bisnis yang tidak memiliki kebijakan ruang kerja fleksibel berisiko kehilangan talenta terbaik. Penelitian yang dilakukan oleh penyedia ruang kerja fleksibel terkemuka, IWG, menunjukkan bahwa 83% orang akan memilih pekerjaan yang menawarkan pekerjaan fleksibel daripada pekerjaan yang tidak, dan hampir sepertiga (28%) orang menghargai dapat memilih lokasi kerja mereka lebih dari kenaikan tunjangan hari libur.Â
Mengingat temuan ini, tidak mengejutkan bahwa 75% dari 15.000 responden dari 80 negara berbeda di dunia percaya bahwa kerja fleksibel telah menjadi normal baru.Â
Akibatnya, dalam sepuluh tahun terakhir, 85% bisnis telah memperkenalkan kebijakan ruang kerja yang fleksibel, atau berencana untuk menerapkannya. Temuan ini memberi sinyal bahwa, ketika harus mendikte apa yang dibutuhkan oleh hari kerja rata-rata, telah terjadi pergeseran kekuatan terhadap karyawan.
Namun, tidak semua bisnis mampu merangkul konsep ini. 60% dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mengubah budaya organisasi adalah penghalang utama untuk menerapkan kebijakan ruang kerja yang fleksibel, terutama dalam bisnis yang memiliki pendekatan kerja lama, tidak fleksibel. Lebih dari sepertiga (41%) mengatakan bahwa ketakutan akan seberapa fleksibelnya pekerjaan dapat berdampak pada budaya perusahaan secara keseluruhan adalah hambatan terbesar.
Lars Wittig, Wakil Presiden Penjualan IWG di Asean, Taiwan, dan Korea Selatan, mengatakan, "Tahun lalu, Global Workspace Survey kami berbicara tentang mencapai titik kritis, tetapi yang kami lihat sekarang adalah bahwa pekerjaan yang fleksibel dianggap oleh banyak orang sebagai norma baru untuk bisnis apa pun yang serius tentang produktivitas, kelincahan dan memenangkan perang untuk talenta terbaik. Memang, setengah dari semua responden kami mengaku bekerja di luar lokasi kantor utama mereka selama setidaknya setengah minggu.
Bisnis di seluruh dunia menghadapi banyak tantangan termasuk memastikan bahwa bisnis mereka cukup gesit untuk beradaptasi dengan perubahan. Penelitian kami menunjukkan bahwa bisnis yang belum mempertimbangkan manfaat finansial dan strategis dari ruang kerja yang fleksibel perlu melakukannya sekarang.Â
Kalau tidak, mereka akan dipandang sebagai tidak tersentuh, baik dengan pesaing mereka maupun dengan tuntutan tenaga kerja modern tentang apa yang merupakan hari yang menyenangkan di tempat kerja, yang berarti kehilangan bakat terbaik.
Menarik dan mempertahankan bakat
Temuan menunjukkan bahwa 71% bisnis berpikir bahwa menawarkan pekerjaan fleksibel memungkinkan mereka untuk memperluas kumpulan bakat mereka.Â
Faktanya, banyak (77%) bisnis beradaptasi untuk meningkatkan retensi bakat dengan memperkenalkan kerja yang fleksibel. Dari sudut pandang seorang karyawan, sepertiga orang akan mengatakan bahwa pekerjaan yang fleksibel sangat penting, mereka akan memprioritaskannya daripada memiliki peran yang lebih bergengsi (32%).Â
Mungkin ini disebabkan oleh meningkatnya fokus pada keseimbangan kerja / hidup: kerja fleksibel terlihat meningkatkan keseimbangan ini sebesar 78%. Temuan ini juga menunjukkan bahwa ruang kerja yang fleksibel dipandang mendorong lingkungan kerja yang lebih inklusif, dengan manfaat untuk orang tua yang kembali, pekerja yang lebih tua, orang yang menderita stres atau berjuang dengan masalah kesehatan mental.
Produktifitas
Fleksibilitas tidak hanya membuat pekerja lebih bahagia dan lebih sehat tetapi membuat tenaga kerja lebih produktif: 85% bisnis mengkonfirmasi bahwa produktivitas telah meningkat dalam bisnis mereka karena fleksibilitas yang lebih besar.Â