Film Dibalik’98 karya Lukman Sardi dan MNC termasuk salah satu film local yang sangat saya tunggu-tunggu.  Seakan membuka kembali album masa kuliah yang penuh suka duka, ada rindu, getir, senang, sedih disana. Akhirnya kejadian yang terjadi pada tahun 1998 diangkat dalam film layar lebar. Bagi saya dan setiap orang yang hidup dimasa itu, pasti punya ceritanya sendiri, sayapun demikian.
poster film Dibalik
Kejadian tahun 1998, atau lebih banyak disebut Tragedi’98 menyimpan begitu banyak cerita. Pergerakan mahasiswa mencapai puncaknya, semangat perubahan, kemuakan masyarakat akansituasi yang sulit dan tatanan pemerintahan yang ituitu saja, serta kejenuhan seakan telah mencapai titik paling sensitive,  tersehingga begitu momentum besar itu meledak, sekat yang selama ini sulit ditembus berhasil di koyakkan, semua menjadi pecah, tumpah ruang, dan menjadi gila.
Film ‘DIbalik’98’ bercerita mengenai drama keluarga berlatar kejadian Mei’98, dengan pemeran utamanya, Dianasebagai mahasiswi di kampus Universitas Trisakti. Bisa di pastikan lingkungan Trisakti yang menjadi lokasi utama film.  Saya di tahun 1998, seorang mahasiswi semester enam jurusan teknik sipil, Universitas Trisakti. Awalnya saat menonton film ini,  saya berharap dapat menemukan nostalgia kembali ke kampus, setidaknya saya berharap menemukan pemandangan kampus A Universitas Trisakti, halaman muka gedung rektorat ‘Syarif Tayeb’, bahkan berharap mengintip pojokan tempat kami biasa bergerombol, menunggu jadwal kuliah, tapi sayang….harapan saya pupus….susah payah mengenali tempat yang disebut ‘Universitas Trisakti’ di film tersebut, sepertinya bukan di kampus A, tapi mungkin kampus lainnya yang juga memakai nama Trisakti.
Film ‘Dibalik’98’ menggambarkan patriotisme mahasiswa dimasa itu, Mei 1998, khususnya saat mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR, terlihat warnawarni jaket almamater disekitar gedung MPR/DPR, seakan dari beragam kampus turun kesana, berwarnawarni bendera berkibar, tapi saat diperhatikan, kenapa Cuma bendera Trisakti yang berkibar,ada siy bendera bertuliskan ‘FORKOT’ tapi bukan lambang kampus,  seakan-akan Trisakti yang memegang peranan terpenting disana, padahal semua mahasiswa dari semua kampus khususnya yang ada di Jakarta hadir disana, apa kampus lain tak memberi ijin panji-panji kampusnya berkibar di film ini  ? Abang saya salah satu mahasiswa dari kampus lain yang berhasil masuk pertamakali ke gedung MPR/DPR hingga kongkow-kongkow sore dipucuk kubah MPR/DPR,  merupakan nostalgia yang nostalgila untuk dicerita sekarang mengenai hal itu, sayang saat itu belum ngetren ‘selfie’ dan check in di medsos, kalo sudah ada, pasti picture profil abangku adalah potret dirinya yang berdiri di pucuk kubah gedung MPR/DPR dengan menggenggam merah putih di tangan.
[caption id="attachment_364715" align="alignnone" width="620" caption="salah satu adegan film"]
Film ‘Dibalik’98’ menampilkan tokoh-tokoh yang berkuasa di masa itu, ada Presiden Soeharto, Wakil Presiden BJ Habibie, Pak Amien Rais, Para Petinggi TNI,dan lain-lainnya. Bagi saya tokoh-tokoh tersebut diperankan dengan baik, gaya dan perilaku tokoh berhasil di resapi para actor, bahkan tokoh Presiden Soeharto tak mengecewakan. Untuk hal ini tak ada komentar dan kritik, bagi pandangan saya sebagai orang awam bidang perfilman dan peraktingan, saya cukup terpuaskan dengan kemampuan para actor dalam memerankan tokoh penting di masa itu, setidaknya tokoh yang diperankan tidak protes dengan penampakannya di dalam film ini.
Yang sangat mengecewakan dan sangat saya protes dari Film ‘Dibalik’98’ adalah kesalahan dalam penyebutan nama dan jumlah mahasiswa, korban yang tewas di dalam kampus Universitas Trisakti. Kenapa Lukman Sardi tak menyebutkan nama asli, ada apa ?? takutkah ??  Ssementara orang awam yang tak mengerti dengan kejadian itu akan menganggap bahwa nama yang disebut itulah nama asli dari Pahlawan Reformasi, sungguh suatu kegagalan dalam film ‘berlatar sejarah’. Di film ‘Dibalik’98’ terjadi kesalahan fatal dengan menyebutkan nama yang berbeda dan  salah satu mahasiswa dari ‘fakultas budaya’, apakah itu ?? sejak kapan Universitas Trisakti buka ‘Fakultas Budaya’, sungguh keterlaluan penyimpangan sejarah ini, Cuma bisa bengong di gelapnya bioskop saat entah nama siapa yang disebutkan oleh tokoh yang ditulis sebagai ‘Rektor Universitas Trisakti’ dalam konferensi pers (nama rector universitas Trisakti di masa itupun dibuat salah), sebagai mahasiswa yang menjadi korban meninggal di dalam kampus.
Untuk diketahui bahwa ada 4 mahasiswa Univesitas Trisakti yang menjadi korban meninggal di dalam kampus akibat peluru tajam yang dilontarkan senjara aparat yang bertugas dari arah fly over persis di muka kampus Universitas Trisakti, tak sulit mencari tau siapa nama mereka dan bagaimana rupa wajahnya. Cukup ketik ‘pahlawan reformasi’ di kolom google, dan tak ada kesalahan nama yang akan didapatkan.  Sebagai pengingat saja nama-nama almarhum adalah : Hafidhin Royan (Teknik Sipil’95), Heri Hertanto (Teknik Mesin’95}, Elang Mulya Lesmana (Arsitektur’96), Hendriawan Sie (Ekonomi’96).
Menyadari bahwa yang saya tonton disini adalah Film layar lebar berjudul ‘Dibalik’98’,  cerita fiksi berlatar kejadian tahun 1998. Pasti itu akan menjadi tameng dari pihak yang memproduksi film, diantara sekian banyak kisah, ini adalah salahsatunya. Secara film saya tak bisa komentar, karena saya hanya penikmat film saja, hanya orang awam yang hobi nonton. Para actor dan aktris bermain sangat baik, berhasil memerankan tokoh penting, berhasil membawa semangat demonstran yang berapi-api, berhasil menjadi tokoh prajurit TNI yang bersahaja dan euphoria mahasiswa di halaman gedung MPR pun cukup baik. Terhadap kualitas film saya tak berkomentar banyak. Hanya pelurusan sejarah saja yang saya minta untuk dibenarkan. Baru satu kisah, masih banyak kisah di balik’98 yang begitu menakjubkan untuk di jadikan inspirasi pembuatan film layar lebar lainnya.
-vii-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H