Mohon tunggu...
putri amalia arnanda
putri amalia arnanda Mohon Tunggu... Lainnya - .

-

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Susah Senang di Matkul Kewarganegaraan Semester Dua

27 Mei 2022   18:37 Diperbarui: 27 Mei 2022   18:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendala yang kuhadapi selanjutnya yaitu karena teman-teman seusiaku rata-rata mereka semua dah kuliah di luar kota dan juga banyak temen deketku yang udah kerja, jadi aku kesulitan buat ajak temen untuk mengunjungi kantor KPU dan Bawaslu.

Untungnya ada satu temanku yang mau aku ajka untuk berkunjung kesana. Aku yang awalnya bener-bener buta pengetahuan mengenai pemilihan umu. Tapi setelah melakukan wawancara disana aku punya banyak pemahaman mengenai pemilihan umum.

Ditugas ke sembilan ini nih yang buat aku bener-bener sedih dan terharu. Aku dapet tugas  buat mendatangi orang kurang mampu di daerahku. Kebetulan di deket rumahku ada bapak tua yang hidup sendirian tanpa keluarga dan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya beliau berjualan jagung, bapak ini bernama Bapak Idris.

Bapak idris bener-bener menginspirasiku untuk jangan menghambur-hamburkan uangmu semasa muda agar kelak nantinya kita tidak kesusahan dihari tua.

Setelah melihat rumah dan kondisi bapak idris, aku bener-bener bisa mensyukuri kehidupanku selama ini. Meski kita tidak terlahir kaya namun dengan rasa syukur yang kita miliki semua akan terasa cukup.

Aku juga jadi sedih karena masih sering gak habiskan makan ketika makan, tapi setelah bertemu Bapak Idris aku jadi ga akan membuang-buang makanan yang aku makan lagi. Karena tentunya masih banyak orang diluaran sana yang untuk makan pun susah.

Di penghujung tugas artikelku aku mengunjungi guru ngajiku sewaktu kecil, Bapak Anam namanya. Bapak anam lah yang mendidikku untuk bisa baca tulis Al-Qur'an, oh iya Pak Anam juga gak hanya Mengajariku untuk membaca Al-Qur'an saja.

Beliau juga mengajariku untuk membaca kitab gundul yang tentunya dari situlah aku belajar bagaimana tata cara sholat yang benar, trus bagaimana cara mensucikan najis dan lain sebagainya.

Pak anam lah orang yang mengajariku mengaji sampai bisa lancara hingga sekarang. Kalau bukan karena beliau mungkin aku sudah jadi orang yang dangkal ilmu agamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun