Mohon tunggu...
putri amalia arnanda
putri amalia arnanda Mohon Tunggu... Lainnya - .

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Bapak Idris dan Semangatnya dalam Bekerja di Hari Tua

11 April 2022   12:29 Diperbarui: 11 April 2022   14:12 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang hasil penjualan rumah tidak berhasil beliau gunakan untuk menyambung hidup. Namun uang tersebut beliau gunakan untuk mebayar hutang-hutang hasil bermain judi diwaktu itu. Karena tidak ada uang lagi, baliau memutuskan untuk bekerja sebagai penjual jagung rebus. 

Beliau berjualan di desa Tenggong Kecamatan Rejotangan. Agak lumayan jauh dari rumahnya menuju tempat kerja sekitar 10 menit untuk sampai kesana. Biasanya beliau berjualan mulai pukul 4 sore sampai 10 malam. Untuk jagung yang beliau jual, beliau membeli kulakan jagunya di Tulungagung.

 Sangat jauh dari rumah untuk sampai ke Pasar Ngemplak. Mengingat usia beliau yang sudah tidak muda lagi, dan juga motor tua yang beliau gunakan sehari harinya sudah sangat tidak layak. Hasil dari berjualan jagung pun tentu sangat belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Apalagi sekarang ini di Tulungagung mulai jam 2 sampai malam hari sering turun hujan. Sehingga omset dari berjualan pun sangat tidak seberapa. Bahkan sehari-harinya jika hujan tidak reda, Pak Idris tidak membawa uang sepeserpun dari hasil berjualan. Jagung yang tidak lagu biasanya beliau bagikan ke tetangga-tetangga sekitar biar tidak mubazir jika dibuang.

Untuk kebutuhan makan sehari-harinya biasanya beliau mendapat bantuan dari desa berupa uang, beras, dan juga kebutuhan pokok lainya yang bisa beliau gunakan sehari-harinya. Namun bantuan dari desa datangnya tidak selalu sebulan sekali. 

Tetangga sekitar yang turut prihatin akan kondisi pak idris biasanya mereka turut membantu untuk menyumbang sedikit uang maupun bahan pangan untuk membantu kebutuhan hidup beliau sehari-hari. Banyak dari tetanggaku yang setiap sore kerumah pak idris untuk mengantar sedikit makanan untuk beliau makan nanti malam selepas bekerja. 

Warga setempat juga turut membantu membeli dagangan pak idris, karena menurutku jagung yang beliau jual sangat enak, manis dna juga besar-besar. Beliau menjualnya hanya seharga dua ribu rupiah satunya.

Meskipun hidup dalam kesusahan, Pak idris menurutku merupakan orang yang ceria. Saat bercerita pun beliau sambil tersenyum dan tertawa. Pak Idris juga merupakan orang yang ramah, saat bersimpangan di jalan tidak segan beliau menyapa orang-orang yang lewat didepanya. Dimasa tuanya pun beliau tidak mau hanya menerima bantuan dari warga setempat.

 Selagi beliau masih sehat dan mampu untuk bekerja, beliau sangat semangat untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dan tidak hanyak bergantung tangan dengan bantuan saja. Semangat dari beliau inilah yang dapat kita ambil, kita tidak boleh hanya menunggu bantuan dari orang lain. Kita yang masih muda tidak boleh bermalas-malasan dalam bekerja agar dihari tua kita dapat menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun