Akhirnya, sebutulnya tugas itu tidak membutuhkan waktu satu menit menjadi lebih dari 45 menit untuk menyelesaikan tugas tersebut, karena masing -masing guru memiliki peluang untuk menuliskan jawabannya sama dan bisa menggeser atau menghapus pekerjaan temannya, tanpa harus takut diketahui siapa yang melakukkannya.
Kesal juga sich saya dibuatnya, tetapi apalah daya, akhirnya sempat emosi juga dengan melakukan hal yang sama.
Kesadaranku mulai bangkit, ketika sang instruktur berkomentar " Nah itulah sulitnya menjadi presiden"
Haach, Presiden? apa hubungannya coba
kuberanikan diri untuk bertanya emang ada hubungannya ya Pak tugas ini dengan PRESIDEN?
yang bikin saya keki, jawabannya adalah sebuah pertanyaan juga.
tahu, ngak apa jawabannya?
Bagaimana tidak sulit jadi presiden jika masing masing orang inginnya semaunya sendiri?
Iya-ya...
kami yang hanya kurang dari 30 peserta saja, saling tidak mau mengalah, tidak ada yang mau mengorganisir dan diorganisir untuk menyelesaikan tugas sederhana tersebut.
Untuk akhirnya kami sepakat untuk menuliskan jawaban kami di nomor urut masing-masing.