Supaat (65) duda duafa yg merupakan warga Kota Salatiga, bertahun- tahun hidupnya sangat mengenaskan. Tinggal di Dusun Kerep RT 1 RW 2, Desa Jombor,Kecamatan Tuntang, Kabupaten  Semarang , ia tiap malam tidur di depan kandang ayam miliknya. Seperti apa deritanya, berikut catatannya untuk Indonesia.
Keberadaan tentang nestapa Supaat , awalnya saya dapatkan dari salah satu warga Desa Jombor yang mengabarkan kondisinya. Terkait hal tersebut, saya diminta menemui Makawi (50) seorang perangkat desa setempat. Pasalnya, yang bersangkutan mengetahui lahan yang ditempati Supaat. Tanpa menunggu lebih lama, saya pun segera meresponnya.
Tak sulit menemukan rumah Sarkawi, hingga akhirnya, bersama salah satu warga lainnya, saya diantar menuju kebun yang dijadikan tempat tinggal Supaat. Melewati jalan sempit, begitu tiba di kandang ayam milik Supaat, ada rasa sesak di dada. Sebab, kandang itu hanya bangunan seadanya, berukuran sekitar 2 X 2 meter, beratapkan seng bekas. Tidak ada aliran listrik, begitu pun sumber air. Satu- satunya fasilitas MCK berada di bawah lahan berupa aliran sungai kecil dengan suara gemerciknya air sangat jelas terdengar.
Sangat minimalis pol, hanya terlihat beberapa pakaian kumal tergantung, ada kasur lecek dan selembar tikar plastik. Yang lebih mengenaskan, ternyata gubuk tersebut bukan untuk tidur Supaat. Ia mengalah terhadap puluhan ayam piaraannya, dirinya saban malam beristirahat di depan kandang. " Saya tidur di sini," kata Supaat sembari menunjuk lahan kosong yang ada di depannya.
Karena penasaran, Supaat saya suruh memperagakan caranya tidur. Ternyata, ada lima lembar papan bekas yang ditaruhnya di atas tanah. Â Setelah itu, digelarnya tikar plastik (sejenis karpet) berukuran 1,5 X 2 meter. Tanpa bantal mau pun guling, untuk mensiasati udara malam ia menggunakan tikar yang sama." Kalau terasa dingin, tikar saya gulung menutupi tubuh saya," jelasnya.
Duh, susah membayangkan kondisi saat Supaat tidur. Sebab, selain di alam terbuka yang rawan binatang berbisa, juga bila sewaktu- waktu hujan tiba terus apa yang bakal diperbuatnya. Ternyata, dengan enteng, ia mengaku menggunakan cara yang sama, yakni menggulung tikar membalut tubuhnya.
Tidak Ada Bantuan Negara
Menurut Supaat, dirinya sebenarnya merupakan warga asli Desa Jombor, namun, beberapa puluh tahun silam, saat menikahi perempuan bernama Sunarti, ia pindah ke Kota Salatiga dan mengantongi KTP keluaran 22 Mei 2008 yang dikeluarkan Camat Argomulyo Dra Siti Nur Solikhah. Tertulis alamatnya Jurang Gunting RT 03 RW 05, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
" KTP saya sudah habis masa berlakunya tahun 2013 dan saya belum sempat memperpanjangnya," tutur Supaat seraya memperlihatkan KTP miliknya yang sekilas belum e KTP.