Minggu (8/8) siang, Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga kembali menggelar aksi bagi 73 paket sembako terhadap para duafa di wilayah Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Seperti apa keseruan berbagi di tengah pandemi tersebut, berikut catatannya.
Aksi berbagi sembako sejumlah 73 paket yang digelar Relintas, sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang dilakukan saban bulan. Di mana, kendati ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4, namun, mengingat sembako termasuk sektor esensial, maka Bambang Setyawan alias Bamset selaku penanggungjawab Relintas tetap menggelarnya.
" Bagi sembako adalah program rutin Relintas yang sudah berjalan selama 3 tahun, ada pandemi atau tidak, kegiatan ini telah berjalan. Jadi , mohon maaf  kalau ada PPKM pun kita tetap berjalan," kata Bamset.
Seperti biasa, sebelum kegiatan dimulai, sekitar 60 relawan yang didukung 40 motor dan 3 unit kendaraan roda empat, sejak Pk 09.000 sudah mulai berdatangan ke basecamp yang terletak di Jalan Ki Penjawi Kota Salatiga. Sebelum acara digelar, mendadak datang kiriman tumpeng nasi biryani dari Ummy Haidar , roti tart (dikirim oleh Fany Bakery) dan camilan berikut tulisan 3Â Year Anniversary Relintas.
Ternyata, kiriman- kiriman tersebut merupakan apresiasi dari masyarakat kepada Relintas yang selama 3 tahun melayani para duafa. Karena Covid-19 belum berlalu, bahkan makin menjadi, Relintas sengaja tak mengadakan acara syukuran apa pun. " Alhamdulillah, ternyata  ada sebagian masyarakat memiliki trust yang tinggi terhadap kita," ungkap Bamset.
Tak ayal, begitu tumpeng, roti tart serta camilan tersaji, Bamset segera memimpin doa dan berlanjut pada acara pemotongan tart ulang tahun. Dengan menggunakan piring berbahan kertas, diserbulah nasi biryani yang ditemani beragam lauk lengkap. Estimasi tumpeng yang bisa dikonsumsi 60 orang, dalam sekejap ludes tak berbekas.
" Sebagai penanggungjawab Relintas, saya merasa sangat berterima kasih sekaligus terharu atas apresiasi dari masyarakat yang tanpa diminta mau ikut memeriahkan anniversary kita. Padahal, kita sengaja tak menggelar syukuran apa pun," jelas Bamset.
Orang- Orang Malang
Menurut Bamset, selama 3 tahun terakhir, Relintas memang konsisten hadir di tengah para duafa yang tak pernah mendapatkan bantuan dari negara. Baik Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Tunai (BST) mau pun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dengan berbagai penyebab. Otomatis, orang- orang malang itu hidupnya memiliki ketergantungan lumayan tinggi terhadap Relintas.
" Saban awal bulan, kita bagikan sembako kepada sekitar 73 orang duafa yang tersebar di 3 Kabupaten/ Kota. Angka duafa ini, bisa naik bisa turun, kadang ada yang meninggal dunia atau sudah mendapatkan bantuan," ungkap Bamset.
Selain pembagian sembako, lanjut Bamset, pihaknya juga rutin menggelar bedah rumah, kunjungan duafa dan bazar pakaian layak pakai gratis (tiap 3 bulan sekali). Kendati dalam skala kecil, pihaknya berupaya memenuhi papan, sandang serta pangan bagi duafa- duafa malang. " Untuk itu, kita sangat berterima kasih terhadap para donatur yang saban bulan rutin mengirim donasi," jelasnya.
Jalannya bakti sosial (Baksos) sendiri, usai menikmati tumpeng nasi biryani, 60 relawan dibagi menjadi 9 tim. Pk 10.30, mereka mulai bergerak meninggalkan basecamp sembari menenteng paket sembako. Kebetulan, Bamset mendapatkan jalur pedesaan Kabupaten Boyolali yang berjarak 40 an Km dari Kota Salatiga.
Bila relawan lainnya sekitar Pk 14.00 menyatakan tugasnya sudah selesai, berbeda dengan timnya Bamset, mereka masih berkutat di Desa Blumbang, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Bahkan, Pk 15.00, saat tugasnya membagikan 9 paket sembako selesai, mereka bertemu dengan calon sasaran berbagi, yakni Wahyuni (29) warga Dusun Glagah Ombo RT 9 RW 3, Desa Blumbang, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Di mana, gadis berperawakan gemuk ini, selain anak seorang janda duafa, juga mengalami keterbelakangan mental dan tuna wicara.
Eloknya, kendati termasuk katagori duafa, namun, Wahyuni tak mendapatkan PKH khusus disabilitas. Bahkan, sang ibu bernama Suminem (52) baru menerima BST dalam dua bulan terakhir. Terkait hal itu, Bamset segera memasukkan nama Wahyuni sebagai anak asuh Relintas. Hingga akhirnya, pk 16.30, tim yang bertugas di pedesaan Boyolali merampungkan tugasnya.
#Dibilang lelah ya lelah, tapi kalau melihat duafa lumpuh, gangguan jiwa atau tuna wicara bisa tertawa, rasanya semua rasa lelah itu lenyap seketika. Rasanya , kita jadi ikut bahagia melihat senyum mereka," kata Bamset. (*)