Berkat kegigihannya, akhirnya sang anak mampu menyelesaikan bangku SMK dan sekarang telah menikah. Setelah putrinya menikah, ia tinggal bersama suaminya di rumah kontrakan yang berjarak sekitar 4 kilometer. Alhamdulillah, sekarang sudah dikaruniai satu anak. "Anak saya bekerja di salah satu pabrik," jelasnya.
Dibangunkan Rumah
Dalam perbincangan yang sama, terungkap bahwa Sudarwono sebenarnya masih memiliki istri sah bernama Tarkem (60). Sayang, Tarkem sejak tahun 2001 raib tanpa jejak. Diduga, tak kuat menghadapi kemiskinan, ia memilih kabur bersama lelaki idamannya. Sampai sekarang, buku nikah tetap dibawa oleh Sudarwono sehingga istrinya tersebut tidak mungkin mampu menikah resmi lagi.
Karena memang kondisinya sangat memperihatinkan, di mana, selain tinggal di gubuk, kaki Sudarwono juga banyak luka, akhirnya Bamset menawarkan untuk memperbaiki rumahnya agar layak huni. "Dulu pihak pemerintah desa (Pemdes) Barukan akan membuatkan rumah, tapi sampai sekarang belum terwujud," kata Sudarwono.
Menjelang berpamitan, Bamset menanyakan apakah Sudarwono menginginkan sesuatu? Â Ternyata, lelaki gaek itu cuma meminta tongkat kayu untuk menopang tubuhnya dan sepasang sandal japit berukuran besar. Sebab, bila sandal japit ukuran normal, ia kesulitan memakainya. "Saya pernah mengalami kelumpuhan selama dua tahun," ungkapnya sembari memperlihatkan telapak kaki yang penuh luka.
Rencana pembangunan rumah yang menempati lahan bengkok (tanah negara) itu, diutarakan Sudarwono ketika Bamset kembali menyambanginya untuk mengantarkan tongkat kayu berikut sandal japit. "Sangat Alhamdulillah mas, atas inisiatif  pak Kades, setelah njenengan (anda) dari sini, saya akan dibangunkan rumah," tuturnya seakan kesulitan menyembunyikan rasa bahagianya.
Apa yang disampaikan Sudarwono, ternyata benar adanya. Bamset yang melakukan pengecekan ke lapangan, pembangunan rumah untuk duafa ini sudah dimulai.Â
Progres pembangunan, saban minggu selalu dipantau Bamset. Hingga akhirnya, satu bulan kemudian, jadilah rumah permanen berdinding batako. Lokasinya berada di antara kebun sengon, sepertinya sangat nyaman.
Duh...kebahagiaan yang dirasakan Sudarwono, jelas ikut dirasakan Bamset. Komunitas sosial yang dikendalikannya, tak perlu repot- repot membuatkan rumah dan bisa dialokasikan ke duafa lainnya. Andai semua Pemdes di daerah lainnya sedemikian sigap seperti Pemdes Barukan, maka, pekerjaan relawan akan semakin ringan.