Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan antara Sahabat dengan Duafa

30 Desember 2020   13:17 Diperbarui: 30 Desember 2020   13:32 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursi roda, pampers dan verlak untuk Ngatmunah (foto: dok pri)

Kendati yang namanya jasa kurir tak terhitung jumlahnya di tanah air, namun, sepertinya para sahabat saya lebih suka menggunakan jasa JNE yang merupakan kepanjangan dari Jalur Nugraha Ekakurir. Secara tak langsung, perusahaan tersebut juga menjadi jembatan penghubung antara sahabat dan duafa.  Koq bisa ? Berikut catatannya.

Sebagai penanggungjawab sebuah komunitas sosial, tentunya saya sangat sering menemui para duafa yang telah dijadikan sasaran berbagi. Kehidupan duafa- duafa di berbagai pelosok pedesaan ini, memang sangat memperihatinkan. Selain mengalami cacat fisik, mayoritas mereka kurang tersentuh bantuan pemerintah.

Kehidupan yang memperihatinkan, semakin menyedihkan ketika wabah Covid-19 merambah tanah air. Diakui atau tidak, hidup mereka makin terpuruk. Bahkan, hal remeh yang saban orang mampu membelinya pun, mereka seakan tak berdaya. Padahal, barang seperti masker teramat sangat dibutuhkan untuk menangkal virus- virus jahat.

Bulan Juni silam, ketika Covid-19 "mengamuk" , sedangkan para spekulan menguras stock masker di toko- toko, mendadak tiga orang sahabat yang tinggal di kota yang berbeda, menawari masker untuk dibagikan pada para duafa. Karena memang kebutuhannya sangat mendesak, saya pun meminta segera dikirimkan.

Alhamdulillah, mereka sepakat untuk mengirimkan masing- masing 100 lembar masker. Menggunakan jasa JNE Yes, dalam tempo 24 jam, barang langka (saat itu) langsung tiba di Kota Salatiga. Tanpa menunggu lebih lama, sembari membagikan nasi bungkus, tiap duafa mendapatkan jatah bagian 2 lembar. Reaksi mereka ? Wow, sangat bahagia.

Apa lagi para duafa yang tinggal di pelosok pedesaan, mereka sama sekali tak menyangka bahwa kami (relawan) bakal mengunjunginya untuk membagikan masker yang selama ini tak mungkin mereka beli.  Esensi Berbagi, Memberi dan Menyantuni benar- benar sangat mengena, berkat JNE tentunya hingga semuanya tepat waktunya.

Susu, pampers dan stroller untuk Faiz yang malang (foto: dok pri)
Susu, pampers dan stroller untuk Faiz yang malang (foto: dok pri)
Tetap dengan JNE

Komunitas sosial yang komandonya saya pegang, selama ini memang sangat mengandalkan media sosial (Medsos) untuk penggalangan donasi. Dalam hal ini, terbagi dua jenis donasi, yakni donasi uang yang saban bulan penerimaan serta pengeluarannya dilaporkan secara tertulis dan donasi barang, berupa berbagai barang yang dibutuhkan duafa.

Karena para duafa yang berjumlah sekitar 100 orang hampir separuhnya menyandang predikat disabilitas, baik faktor usia mau pun bawaan, mereka sangat membutuhkan alat bantu guna menunjang kehidupan sehari- hari. Bagi yang mengalami kelumpuhan, keberadaan pampers teramat sangat dibutuhkan. Celakanya, mereka tak mungkin mampu membelinya.

Dalam hal ini, lagi- lagi para sahabat yang tersebar diberbagai kota, kerap memberikan kontribusinya. Tanpa diminta, mereka mengirimkan pampers, baik untuk anak- anak mau pun lanjut usia (Lansia). Untuk menjaga ketepatan waktu, mereka selalu mengandalkan JNE tentunya, sehingga saya serta relawan lainnya tidak butuh waktu lama guna mendistribusikannya.

Tahun 2019 silam, saat "blusukan" ke pelosok pedesaan, saya menemukan Faizatahu Salamah, bocah berusia 4 tahun warga Desa Medayu RT 15 RW 4, Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Faiz begitu biasa disapa, merupakan putri pasangan Muh Sinin (40) dan Maryati (42) yang bernasip sangat malang. Tubuhnya tak mampu berkembang akibat kelainan syaraf yang dideritanya serta mengalami gizi buruk. Maklum, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh kasar berpenghasilan Rp 50.000 sehari.

Jangankan untuk membeli susu bagi Faiz, guna memenuhi keperluan sehari- hari saja sudah kelimpungan. Akibatnya fatal, kondisi Faiz mirip bayi berusia 1 bulan. Bola matanya tidak bereaksi terhadap apa pun yang ada di depannya. Menurut Maryati, selain susu bubuk dan pampers, dirinya sangat membutuhkan kereta dorong bayi (stroller), namun, kondisi ekonomi sangat tak memungkinkan.

Paska kepulangan saya dari rumah Faiz, saya segera mengontak beberapa sahabat. Hasilnya ? Dalam tempo 24 jam, berdatangan berbagai barang yang dibutuhkan , tentunya melalui jasa JNE. Hingga seluruh donasi saya antarkan, tangis Maryati langsung pecah seketika. Dirinya merasa terharu campur bahagia, ternyata segala yang ia dambakan, mampu terwujut dengan tidak perlu menunggu berlama- lama.

Nenek Kusmi tengah belajar menggunakan Walker (foto: dok pri)
Nenek Kusmi tengah belajar menggunakan Walker (foto: dok pri)
Tak hanya pampers mau pun susu yang menjadi kebutuhan pokok, beberapa duafa juga membutuhkan alat bantu seperti  walker. Nenek Kusmi (90) salah satunya, janda duafa warga Dusun Watu Setugel RT 21 RW 7, Desa Krandon Lor, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang ini, mengalami kelumpuhan akibat serangan stroke. Hampir 1 tahun penuh hidupnya hanya dihabiskan di atas ranjang kayu, keinginannya melihat dunia luar, ditahannya.

Sampai akhirnya, keberadaan nenek sepuh tersebut saya dengar dan saya pun menyambanginya di pelosok desa. Ternyata, keinginan itu benar adanya. Saya pun segera memunculkan di grup whatsApp. Hasilnya ? Seorang rekan asal Jakarta meresponnya, ia berjanji bakal mengirimkan walker dan pampers  ke Kota Salatiga.

Hingga paket yang menggunakan jasa JNE tersebut tiba, saya tanpa menunggu lebih lama langsung mengantarkan ke nenek Kusmi.  Duh..., ketika saya tiba sembari menenteng walker , dan pampers  nenek itu meneteskan air mata bahagia. Ia tak mampu berkata- kata (dasar aslinya akibat stroke memang beliau sulit komunikasi), namun dari gesturnya jelas memperlihatkan kebahagiaan yang tiada tara.

Kursi roda, pampers dan verlak untuk Ngatmunah (foto: dok pri)
Kursi roda, pampers dan verlak untuk Ngatmunah (foto: dok pri)
Begitu pun dengan  Ngatmunah warga Tegal Sari RT 5 RW 8, Mangunsari, Kec Sidomukti, Kota Salatiga, di usianya yang masih relatif muda, yakni  40 tahun, tubuhnya dihantam stroke. Usai terjatuh di kamar mandi, istri seorang penambal ban tersebut langsung lumpuh dan bisu. Untuk BAB/ BAK semuanya dilakukan di atas kasur lusuh, sebenarnya dirinya butuh pampers serta kursi roda. Sayang, penghasilan suaminya menjadi penghambat.

Saat saya mengetahuinya, usai mendatangi rumahnya, saya segera membuat postingan di media sosial. Alhamdulillah, seorang sahabat asal Jakarta juga, mengirimkan kursi roda melalui jasa JNE. Kebetulan, salah satu rekan Kompasianer pernah mengirim satu dus besar pampers ukuran dewasa, sehingga ketika kursi roda tiba, saya sekalian memberikan pampers untuknya.

Pembagian masker, susu hingga pampers  untuk duafa, strollernya Faiz, walker bagi nenek Kusmi mau pun kursi roda Ngatmunah berikut pampers merupakan ilustrasi kecil peran jasa kurir yang telah menjadi jembatan penghubung antara sahabat- sahabat di berbagai daerah dengan duafa- duafa di pelosok pedesaan. JNE 3 Dekade Bahagia Bersama, diakui atau tidak, sudah ikut berperan menolong kaum marginal.

Kiranya, di masa mendatang, JNE tetap mampu berperan dalam membantu kaum duafa yang membutuhkan pertolongan dengan segera. Sebab, semisal saya harus menjemput bola sendiri, dipastikan tak bakal terealisasi mengingat faktor jarak, faktor waktu dan tenaga menjadi penghalang. Maju terus JNE, senantiasa berkembang serta ikut berkontribusi memberangus kemiskinan di Republik ini. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun