Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kearifan Lokal dalam Menghadapi PSBK

10 Juni 2020   16:10 Diperbarui: 11 Juni 2020   05:11 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Insan Berbagi Salatiga ikutan berbagi (foto: dok pri)

Hampir 13 hari warga di lingkungan Perumahan Sraten Permai RT 5 RW 7, Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Kecil (PSBK) yang bahasa kerennya lock down. Hal itu dilakukan menyusul ditemukannya salah satu warga yang positif Covid -19, seperti apa situasinya? Berikut catatannya untuk Indonesia.

Jumat (29/5) silam, salah seorang warga di lingkungan RT 5 dinyatakan positif terserang virus Corona. Terkait hal itu, pihak pemerintahan desa langsung memberlakukan PSBK terhadap 42 Kepala Keluarga (KK). Mereka tidak boleh keluar dan orang luar dilarang memasuki kawasan RT 5, seluruh akses ditutup rapat serta dijaga.

Gerbang Perumahan dijaga ketat selama 24 jam (foto: dok pri)
Gerbang Perumahan dijaga ketat selama 24 jam (foto: dok pri)
Kendati PSBK skala kecil  namun warga hanya diperbolehkan berkutat di sekitar wilayah RT 5, sedangkan warga yang mempunyai kepentingan terkait pekerjaan, diberi dispensasi melalui selembar surat keterangan yang dikeluarkan pemerintah desa.

Lantas, apakah warga yang terkena PSBK berkeluh kesah? Ternyata tidak, mereka bersikap biasa dan mampu menerima beleid pemerintah desa. Saban hari, warga beraktifitas seperti galibnya masyarakat normal lainnya. Yang membedakan, mereka hanya berinteraksi di seputar wilayah RT. Kaum pria, digilir untuk menjaga portal agar tak ada seorang pun yang keluar masuk.

Bantuan sembako untuk tiap KK yang terkena PSBK (foto: dok pri)
Bantuan sembako untuk tiap KK yang terkena PSBK (foto: dok pri)
Karena memang sarana untuk olah raga minim, beberapa remaja membuat lapangan bulu tangkis dengan memanfaatkan bambu untuk tiang pancang net, sedangkan garis lapangan dibuat menggunakan tali rafia. Saban sore, mereka menguras keringat di lapangan ala kadarnya itu.

Demikian pula dengan para ibu- ibu di lingkungan perumahan, pagi sebelum berjemur, mereka menyempatkan diri senam pagi diiringi musik suka- suka (kadang dangdut kadang campur sari). Sembari bergoyang tanpa ritme yang baku, mereka tertawa- tawa tanpa beban.

Sebelum didistribusikan, sembako dibagi rata di pos keamanan (foto: dok pri)
Sebelum didistribusikan, sembako dibagi rata di pos keamanan (foto: dok pri)
Solidaritas
Seperti layaknya orang yang terisolir, tentunya kebutuhan makan menjadi masalah tersendiri, terlebih lagi di lingkungan PSBK tak terdapat warung atau toko yang menyediakan sembako. Dengan jumlah penghuni mencapai 90-an orang, bukan perkara mudah menyediakan makan keseharian, peralatan mandi mau pun keperluan lainnya. Ternyata, hal tersebut bukanlah persoalan besar bagi warga RT 5.

Sejak awal diberlakukan PSBK, saban hari warga yang tinggal di lingkungan RT lain, memasok kebutuhan sembako. Tiap KK, tak peduli membutuhkan atau tidak, dicatu beras 1 kg, telur, mi instan, vitamin, gula pasir, minyak goreng hingga sayuran segar. Wilayah RW 7 yang memiliki 8 RT, secara bergantian tiap hari mengirimkan logistik. Begitu pun dengan warga setempat yang mengalami isolasi, mereka rajin ikut berbagi.

Mau miskin mau kaya, semuanya dapat bantuan (foto: dok pri)
Mau miskin mau kaya, semuanya dapat bantuan (foto: dok pri)
Puluhan remaja dan pemuda yang tinggal di lingkungan PSBK, mendadak jadi relawan. Memanfaatkan gerobak besi beroda satu. Mereka tiap pagi berkeliling komplek untuk membagikan paket- paket sembako. Tidak ada pengecualian, mau kaya atau melarat, semua mendapatkan bagian yang sama. Hal tersebut berlangsung selama 13 hari non stop.

Hingga akhirnya seluruh RT sudah berdonasi sembako, kepedulian terhadap warga yang terkena PSBK menular ke wilayah RW lain (termasuk PKK Desa, Komunitas Sosial Kota Salatiga, Banser hingga politisi). Mereka bergantian mengirim peralatan mandi seperti sabun mandi, sabun cuci, shampoo, odol bahkan pembalut wanita.

Partai Nasdem Kota Salatiga ikut berbagi (foto: dok pri)
Partai Nasdem Kota Salatiga ikut berbagi (foto: dok pri)
Praktis, segala kebutuhan sehari- hari warga yang terdampak PSBK tak mengalami hambatan apa pun. Hal itu diakui oleh Kusmana, selaku Ketua RT 5. "Tanpa adanya toleransi serta solitaritas dari RT- RT lainnya, kami pasti kelimpungan menghadapi PSBK ini," ungkapnya sembari menambahkan bahwa Kamis (11/6) PSBK dinyatakan selesai.

Apa yang disampaikan Kusmana memang benar adanya, sebab, selain kebutuhan sembako, warga juga dibebani menjaga portal pintu masuk selama 24 jam penuh. Dikoordinir oleh Kusmana yang nyaris saban hari nongkrong di depan portal untuk menemani warganya,logistik untuk warga yang piket pun, sepertinya tak pernah berhenti, semuanya merupakan donasi warga setempat.

Insan Berbagi Salatiga ikutan berbagi (foto: dok pri)
Insan Berbagi Salatiga ikutan berbagi (foto: dok pri)
Eloknya, meski telah 13 hari diperam di lingkungan RT, namun, belum ada satu pun pejabat level Kecamatan mau pun Kabupaten yang menyambangi lokasi PSBK.

Boro- boro ikutan ngedrop sembako, setor muka saja tak pernah. "Ya ini resiko orang kecil, cuma disambangi kalau pas dibutuhkan," kata salah satu warga seraya menambahkan hal tersebut bukanlah masalah yang besar.

Jelang pencabutan PSBK, warga kerja bakti Pendopo RT (foto: dok pri)
Jelang pencabutan PSBK, warga kerja bakti Pendopo RT (foto: dok pri)
Demikian sedikit catatan PSBK dari salah satu zona merah di Kabupaten Semarang, di mana, dengan kearifan lokal yang ada, dampak pembatasan sosial akibat Covid-19 mampu diselesaikan tanpa harus mencari kambing hitam. Kiranya, apa yang terjadi di lingkungan Perumahan Sraten Permai, dapat menginspirasi perkampungan lain di Indonesia, sebab ancaman Corona masih belum sirna. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun