Hampir 13 hari warga di lingkungan Perumahan Sraten Permai RT 5 RW 7, Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Kecil (PSBK) yang bahasa kerennya lock down. Hal itu dilakukan menyusul ditemukannya salah satu warga yang positif Covid -19, seperti apa situasinya? Berikut catatannya untuk Indonesia.
Jumat (29/5) silam, salah seorang warga di lingkungan RT 5 dinyatakan positif terserang virus Corona. Terkait hal itu, pihak pemerintahan desa langsung memberlakukan PSBK terhadap 42 Kepala Keluarga (KK). Mereka tidak boleh keluar dan orang luar dilarang memasuki kawasan RT 5, seluruh akses ditutup rapat serta dijaga.
Lantas, apakah warga yang terkena PSBK berkeluh kesah? Ternyata tidak, mereka bersikap biasa dan mampu menerima beleid pemerintah desa. Saban hari, warga beraktifitas seperti galibnya masyarakat normal lainnya. Yang membedakan, mereka hanya berinteraksi di seputar wilayah RT. Kaum pria, digilir untuk menjaga portal agar tak ada seorang pun yang keluar masuk.
Demikian pula dengan para ibu- ibu di lingkungan perumahan, pagi sebelum berjemur, mereka menyempatkan diri senam pagi diiringi musik suka- suka (kadang dangdut kadang campur sari). Sembari bergoyang tanpa ritme yang baku, mereka tertawa- tawa tanpa beban.
Seperti layaknya orang yang terisolir, tentunya kebutuhan makan menjadi masalah tersendiri, terlebih lagi di lingkungan PSBK tak terdapat warung atau toko yang menyediakan sembako. Dengan jumlah penghuni mencapai 90-an orang, bukan perkara mudah menyediakan makan keseharian, peralatan mandi mau pun keperluan lainnya. Ternyata, hal tersebut bukanlah persoalan besar bagi warga RT 5.
Sejak awal diberlakukan PSBK, saban hari warga yang tinggal di lingkungan RT lain, memasok kebutuhan sembako. Tiap KK, tak peduli membutuhkan atau tidak, dicatu beras 1 kg, telur, mi instan, vitamin, gula pasir, minyak goreng hingga sayuran segar. Wilayah RW 7 yang memiliki 8 RT, secara bergantian tiap hari mengirimkan logistik. Begitu pun dengan warga setempat yang mengalami isolasi, mereka rajin ikut berbagi.
Hingga akhirnya seluruh RT sudah berdonasi sembako, kepedulian terhadap warga yang terkena PSBK menular ke wilayah RW lain (termasuk PKK Desa, Komunitas Sosial Kota Salatiga, Banser hingga politisi). Mereka bergantian mengirim peralatan mandi seperti sabun mandi, sabun cuci, shampoo, odol bahkan pembalut wanita.
Apa yang disampaikan Kusmana memang benar adanya, sebab, selain kebutuhan sembako, warga juga dibebani menjaga portal pintu masuk selama 24 jam penuh. Dikoordinir oleh Kusmana yang nyaris saban hari nongkrong di depan portal untuk menemani warganya,logistik untuk warga yang piket pun, sepertinya tak pernah berhenti, semuanya merupakan donasi warga setempat.
Boro- boro ikutan ngedrop sembako, setor muka saja tak pernah. "Ya ini resiko orang kecil, cuma disambangi kalau pas dibutuhkan," kata salah satu warga seraya menambahkan hal tersebut bukanlah masalah yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H