Menurut mbah Mardi, sebelum memutuskan mengadu peruntungannya ke Lampung, ia sempat menikahi perempuan bernama Rukmini akibat dijodohkan.
Sayang, perkawinannya kandas karena dirinya merasa tidak bisa mencintai istrinya. Hingga akhirnya, dia kembali menikah dengan Martini, lagi-lagi pernikahan itu buyar tanpa anak.
Selepas dari pelukan Martini, mbah Mardi akhirnya menikah untuk ketiga kalinya. Perempuan yang disuntingnya bernama Sumiyati, belakangan juga tak dikaruniai anak.
Entah karena bosan dengan kemelaratan, saat usia mbah Mardi mulai uzur, istrinya mendadak pergi dan tak pernah kembali.
"Pergi ke mana juga tidak tahu, mungkin sudah dimakan demit," kata mbah Mardi dalam bahasa Jawa.
Hidup sendirian, ditambah sulitnya mencari nafkah di Lampung, akhirnya mbah Mardi memilih pulang ke kampung halamannya. Terhitung, sudah 6 tahun dirinya hidup di desa Cukilan, tentunya dengan cara berpindah- pindah.
Hingga 2 tahun terakhir, ia menempati rumahnya yang sampai sekarang dihuninya.
"Yang penting bisa untuk beristirahat," jelasnya.
Menurut mbah Mardi, kendati tinggal di kampung halaman, namun karena faktor usia ditambah tanpa memiliki pekerjaan tetap memang cukup menyulitkan.
Namun, ia percaya banyak orang baik yang bakal membantunya. Sebab, kebutuhan paling pokok untuk dirinya hanya sebatas makan keseharian.
Sedangkan kebutuhan uang hanya dipergunakan untuk membeli lauk dan sekali tempo guna memeriksakan punggungnya yang terasa gatal sangat menyengat.