Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lutfiana Sayang, Lutfiana Malang

10 April 2019   17:27 Diperbarui: 11 April 2019   20:33 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lutfiana dalam kesendirian di peraduannya (foto: dok pri)

Sampai Rabu (10/4) sore, Lutfiana (18) warga Pondan Sari RT 1 RW 1, Bergas Lor, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang yang menderita lumpuh, bisu, buta dan gizi buruk, masih tergeletak di rumah mendiang ibunya. Pihak- pihak terkait yang diharapkan akan mengevekuasinya agar mendapatkan perawatan medis, masih bergeming. Seperti apa nestapa gadis malang tersebut, berikut catatannya untuk Indonesia.

Lutfiana merupakan buah perkawinan Asmanah (50) dengan laki-laki bernama Mustari (50). Sebelum dinikahi oleh Mustari, Asmanah adalah janda beranak satu yang diberi nama Riwayanto (30). Paska pernikahan yang kedua, lahir Ersa Amrullah (23) dan Lutfiana. Ia lahir prematur, sehingga membawa cacat bawaan.

Sebelum Asmanah meninggal bulan Maret lalu, Lutfiana saban hari dirawat oleh ibunya yang berprofesi sebagai pedagang keliling. Hingga Asmanah didera penyakit serius, setelah sepekan menjalani pengobatan medis, nyawanya tak tertolong. Semenjak ibunya berpulang, Lutfiana dirawat Ersa Amrullah serta ayah tirinya yang bernama Suyadi (53).

Inilah rumah peninggalan mendiang ibu Lutfiana (foto: dok pri)
Inilah rumah peninggalan mendiang ibu Lutfiana (foto: dok pri)

Sayang, karena Ersa mau pun Suyadi tinggal beda rumah, maka Lutfiana perawatan yang diberikan tidak maksimal. Bahkan, berulangkali personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga mengunjungi Lutfiana, gadis tersebut hanya tergolek sendirian. Diduga, akibat gizi buruk, kondisi fisik Lutfiana teramat sangat lemah. " Tubuhnya kurus, ibarat tulang dibalut kulit," kata Bambang Setyawan penanggungjawab Relintas.

Selain tubuh sangat kurus, lanjut Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset, indikasi Lutfiana alami gizi buruk amat mempengaruhi perkembangan ototnya. Di mana, setiap saat hanya mampu tergolek di atas kasur lusuh. Untuk duduk saja, dirinya tidak memiliki kemampuan. " Segala sesuatunya harus dibantu orang lain," ungkap Bamset.

Menurut Bamset, kendati tinggal sendirian di rumah peninggalan ibunya, sebenarnya banyak kerabatnya yang tinggal tak begitu jauh. Namun, lagi- lagi faktor kesibukan masing- masing, urusan merawat Lutfiana tetap tidak maksimal. " Yang membuat kami sedih, posisi kamar Lutfiana berada di bagian belakang. Jadi semisal butuh sesuatu, tak bakal ada yang mendengarnya," jelas Bamset.

Tinggal tulang dibalut kulit tapi dicuekin (foto: dok pri)
Tinggal tulang dibalut kulit tapi dicuekin (foto: dok pri)

Donasi dari Relawan

Seperti diketahui, keberadaan Lutfiana terdeteksi oleh Relintas, sehingga akhirnya Bamset serta relawan lainnya memaksa diri mendatangi rumahnya. Dalam kesempatan tersebut, mereka ditemui kerabat Lutfiana yang bernama Atik (40) dan Rohyati (35). Ketika relawan tiba, ada pemandangan yang menyedihkan, Pampers yang dipakainya basah kuyup akibat air kencing (18-tahun-gadis-ini-lumpuh-bisu-dan-buta?).

Eloknya, saat itu Lutfiana yang tengah kelaparan, ternyata tak tersedia makanan apa pun. Satu- satunya yang tersedia hanyalah air putih, untungnya relawan sudah mengantisipasinya dengan menyiapkan biskuit. Sedangkan susu yang harusnya dikonsumsi Lutfiana, ternyata menjadi barang mewah bagi gadis malang itu.

Kondisi kamarnya yang sempit, ditambah tanpa adanya lobang ventilasi, membuat suhu di dalamnya terasa pengap. Terlebih lagi, aroma pesing menyebar, maka lengkaplah derita gadis tersebut. " Idealnya , Lutfiana dibuatkan kamar di depan. Sehingga, udaranya lebih sehat," kata Bamset.

Melihat keadaan yang sangat memperihatinkan ini, relawan yang tergabung dalam Relintas mau pun simpatisannya, langsung bereaksi. Tanpa diminta, mereka segera mendonasikan Pampers, susu, bikcuit dan uang. Padahal, menurut penjelasan Bamset, pihaknya belum membuka donasi karena kebutuhan Lutfiana untuk sementara mampu ditangani Relintas.

Donasi dari relawan dan simpatisan Relintas (foto: dok pri)
Donasi dari relawan dan simpatisan Relintas (foto: dok pri)

Bamset mengaku terharu atas respon spontan dari relawan mau pun simpatisan Relintas. Pihaknya mengaku sering menangani sejenis, biasanya setelah membuka donasi, banyak hamba Allah yang tergerak hatinya. " Sedangkan untuk kasus Lutfiana, kami belum open donasi. Namun, sampai hari ini sudah terkumpul uang sebesar Rp 2,6 juta," ujarnya.

Padahal, lanjut Bamset, pihaknya sebenarnya menginginkan agar dinas terkait (Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang) bisa mengevakuasi Lutfiana ke Rumah Sakit terdekat agar ada pemulihan gizi. Sebab, bila gizi buruk yang menimpa Lutfiana bisa dipulihkan, keungkinan besar otot tangan serta otot punggungnya memiliki tenaga.

"Sayangnya, sudah tiga hari ini keberadaan Lutfiana masih dicuekin. Entah lagi sibuk apa mereka, sehingga hanya relawan saja yang memiliki kepedulian. Padahal, secara kasat mata bisa dilihat kalau Lutfiana teramat sangat membutuhkan perawatan medis" kata Bamset sembari menambahkan ekspektasi yang dimilikinya ternyata sangat berlebihan (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun