Kendati masuk katagori usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), namun, berbagai produk yang dihasilkan Nuanza Porcelain Indonesia (NPI) di Dusun Dedegan, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali mampu menempus Istana Presiden Republik Indobesia serta diekspor ke beberapa negara.
Penasaran dengan keberadaan NPI yang dirintis oleh Roy Wibisono Anang Prabowo (46) ini, Selasa (2/4) sore menggiring saya untuk menelusurinya ke Desa Ngadirojo  yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Kota Salatiga. Tak sulit menemukannya, pasalnya, UMKM tersebut cukup dikenal warga karena mayoritas karyawannya merupakan warga desa setempat.
Seperti galibnya perusahaan yang menurut Roy Wibisono (biasa disapa Roy), di hari- hari biasa, terlihat kesibukan masing-masing karyawannya. Kendati suasananya relatif santai, namun nampak keseriusan pada gestur pekerjanya. " Monggo, silahkan kalau mau melihat- lihat pabrik kami," kata Roy saat menyambut kedatangan saya.
Lelaki kelahiran Kabupaten Kendal tanggal 8 Mei 1972 yang memulai usahanya dari nol ini, membiarkan saya berkeliling untuk melihat langsung proses pembuatan berbagai produk, mulai keramik lantai, piring, cangkir, patung, thropy, souvenir hingga pernak pernik lainnya berbahan baku tanah liat. Di sini terlihat proses pengerjaan mulai pembuatan, painting, penghalusan sampai packing.
Pengerjaan beragam barang porcelain (keramik) sepertinya membutuhkan tingkat kejelian yang sangat tinggi, pasalnya proses handmade yang mengandalkan kepiawaian tangan, tanpa modal ketelitian dipastikan akantak karuan bentuknya. Di sini saya jadi mahfum, kenapa produk NPI laku keras dan memiliki nilai jual tinggi.
Menggunakan bahan baku berupa tanah liat yang didatangkan dari Sukabumi, Jawa Barat, melalui proses pengerjaan yang njlimet (sulit bagi orang awam), tak mengherankan bila berbagai produk NPI mampu menembus pemasaran negara -- negara Amerika, Eropa hingga Uni Emirat Arab. Konon, ada sekitar 200 kepala negara di dunia juga menyimpan koleksi souvenir buatan NPI. Lho ? Bagaimana ceritanya para kepala negara bisa mengoleksi barang- barang produksi NPI ?
Cukup panjang cerita mengenai souvenir yang dibawa pulang oleh para kepala negara seusai kunjungan di Indonesia. Roy yang sejak duduk di bangku SMP sudah terbiasa hidup perihatin, memulai jiwa bisnisnya dengan menjadi loper Koran. Hingga meneruskan di SMA, dirinya saban hari harus bangun pk 03.00. " Saya menggoreng mendoan, tahu hingga pisang goreng , kemudian saya titipkan di kantin sekolah," ungkap Roy.