Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Salatiga, Virus Berbagi Nasi Gratis Terus Menular

20 Desember 2018   14:21 Diperbarui: 20 Desember 2018   17:37 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi gratis tiap hari di Jl Sukowati Kota Salatiga (foto: dok pri)

Keberadaan etalase nasi gratis bagi para duafa yang dipelopori pasangan suami istri , Paulus When dan Lany, warga Jalan Sukowati nomor 2 A Kota Salatiga, ternyata terus menular. Virus berbagi tersebut, belakangan telah menjadi sedikitnya lima titik di kota kecil ini, berikut adalah penelusurannya, Kamis (20/12) siang.

Paulus When dan istrinya yang biasa disapa cik Lany, pertengahan bulan November lalu memulai berbagi dengan menempatkan etalase di depan tokonya yang menjajakan beragam snack khas Kota Salatiga. Penempatan etalase untuk menaruh nasi bungkus, makanan serta minuman di depan tokonya, pertimbangannya sederhana, yakni agar tak disentuh tangan- tangan jahil.

Dengan mengusung jargon, siapa pun boleh ambil dan siapa pun boleh mengisi, awalnya cik Lany menjadi orang pertama yang mengisi nasi bungkus, makanan ringan serta air mineral. Seiring berjalannya waktu, banyak donatur yang berlomba menyerahkan nasi bungkus di etalase yang sama. " Kami buka mulai pk 06.00 sampai pk 22.00," ungkap cik Lany waktu itu.

Etalase di depan Masjid Pendowo (foto: dok pri)
Etalase di depan Masjid Pendowo (foto: dok pri)
Upayanya meringankan beban para duafa di salatiga, rupanya mengundang simpati banyak orang. Di mana, selain donasi makanan tak pernah berhenti, belakangan muncul etalase- etalase yang sama di sepanjang Jalan Jendral Sudirman yang merupakan pusat kota. Tercatat, di depan supermarket Ada Baru, di depan toko New Gloria dan di trotoar depan Masjid Pendowo terlihat etalase yang sama.

Sayangnya, untuk etalase di depan super market Ada Baru, depan toko New Gloria lebih banyak duafanya dibandingkan jumlah donasinya. Setiap usai diisi 10 bungkus, belum ada 15 menit sudah ludes. Menurut tukang parkir setempat, di lokasi ini, orang- orang yang memposisikan diri sebagai duafa berjumlah lumayan. " Jadi, tak usah kaget kalau ada yang berpakaian rapi, namun tega memakan rangsum duafa," jelasnya.

Relawan Lintas Komunitas

Di lokasi yang agak jauh, yakni di depan Masjid Pendowo, kisah serupa juga terjadi. Saat pagi diisi nasi bungkus dan air mineral, biasanya dalam waktu 1 jam juga sudah dimanfaatkan untuk sarapan. Tak begitu jelas, apakah mereka yang menikmati sarapan pagi merupakan duafa atau tidak. Yang pasti, yang terlihat lebih sering air mineralnya disbanding nasi bungkusnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, hari ini Relawan Lintas Komunitas (Relintas) juga menempatkan etalase nasi bungkus gratis di teras Masjid Al Atiq yang terletak di jalan Wahid Hasyim Kota Salatiga. Pemilihan lokasi tersebut, menurut Bambang Setyawan selaku penanggung jawab komunitas sosial itu, lebih diprioritaskan pada faktor keamanan. " Etalase itu donasi dari relawan, harganya juga tak murah, jadi kami harus memikirkan faktor keamanannya," jelas Bambang Setyawan yang biasa dipanggil Bamset.

Etalase nasi gratis dari Relawan Lintas Komunitas (foto: dok pri)
Etalase nasi gratis dari Relawan Lintas Komunitas (foto: dok pri)
Menurut Bamset, penempatan etalase nasi bungkus gratis di teras Masjid Al Atiq, bukan tanpa pertimbangan. Di mana, lokasi masjid yang berada di jalan protokol, kerap disinggahi orang- orang luar kota untuk menunaikan ibadah. Selain hal tersebut,selama 24 jam juga terdapat penjaga yang tentunya akan meminilisir oknum- oknum yang ingin berbuat jahat.

" Setelah kami berkoordinasi dengan bapak satibi selaku takmir Masjid Al Atiq, akhirnya hari ini kami eksekusi. Tahab pertama, Relintas yang mengisinya, selanjutnya kami persilahkan masyarakat berdonasi," ungkap Bamset.

Diakuinya, program berbagi nasi gratis saban hari, sebenarnya sudah sejak lama diagendakan oleh Relintas. Sayangnya, agenda tersebut selalu tertunda karena padatnya kegiatan bedah rumah mau pun berbagi sembako bagi duafa di Kota Salatiga mau pun Kabupaten Semarang. " Setelah memasuki musim hujan dan agenda bedah rumah sementara berhenti, maka program ini kami realisasikan," jelas Bamset.

Etalase di depan toko New Gloria yang selalu laris (foto: dok pri)
Etalase di depan toko New Gloria yang selalu laris (foto: dok pri)
Lebih jauh Bamset juga memiliki ekspektasi agar gerakan ini mampu menginspirasi daerah lain  guna membantu para duafa. Sebab, bila seorang duafa butuh makan tiga kali sehari, minimal akan membutuhkan dana sebesar Rp 15.000 (menu sederhana). Sementara, keberadaan etalase berbagi nasi gratis, akan sangat meringankan beban mereka. " Semakin banyak yang tergerak, maka semakin bagus," ujarnya.

Aksi berbagi nasi gratis setiap hari, rupanya juga menginspirasi warga Ungaran, Kabupaten Semarang. Belakangan, seorang warga menempatkan etalasenya di depan RSUD Ungaran dan mengisinya dengan nasi bungkus. Gerakan tersebut, ternyata direspon masyarakat yang peduli duafa, terbukti, donasi terus berdatangan.

Itulah penelusuran tentang keberadaan lima lokasi berbagi nasi gratis yang empat di antaranya beroperasi selama 24 jam. Di luar  lima titik yang ada, berbagai komunitas sosial saban hari Jumat juga menggelar berbagi nasi bungkus. Tercatat dua komunitas yang rutin berbagi, yakni Mari Berbagi Salatiga (MBS) dan Lentera Kasih Untuk Sesama (Lensa) sejak setahun terakhir rutin berbagi. Jadi, kalau di kota ini, tak perlu khawatir kelaparan kendati kantong kempes. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun