Dengan bermodalkan keikhlasan, pasangan suami istri itu nekad memulai usaha membantu duafa, baik untuk sarapan pagi, makan siang hingga makan malam. Hasilnya, umpan tersebut ditangkap masyarakat.Â
Terbukti, saban hari minimal terdapat 50 nasi bungkus didonasikan ke tempat ini. "Peran media sosial sangat dominan," jelas cik Lany yang bersikeras menolak difoto.
Hingga sekarang, kendati sudah membuka etalase nasi gratis, namun cik Lany beserta suaminya masih terus berbagi saban pagi hari. Mereka berdua menyatakan kurang tahu pastinya gerakan itu akan dihentikan. Pasalnya, rasa empati yang dimiliki sepertinya sulit terkikis jaman. Berbagi tanpa sekat adalah langkah yang keren.
Kendati cik Lany mau pun suaminya sudah berpesan agar namanya jangan disebut, namun, karena langkah mereka sangat menginspirasi, maka saya pun nekad melanggarnya. Sebab, di mata siapa pun, upaya menularkan virus kepedulian itu layak diapresiasi. Tertarik untuk mencobanya?. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H