Karena merasa berempati terhadap para duafa , pasangan Paulus When dan Lany warga Jalan Sukowati nomor 2 A Kota Salatiga, saban hari mereka menyediakan nasi bungkus plus air mineral secara gratis. Virus kepedulian sosial tersebut, diharapkan bakal menular ke daerah lain sehingga mampu meringankan kaum papa. Berhubung penasaran atas langkah inspiratif ini, Selasa (20/11) saya meruntutnya.
Di depan toko yang menjual berbagai makanan khas Salatiga, terlihat sebuah etalase bertuliskan Tempat Nasi Gratis. Sedangkan di dalam etalase terdapat puluhan nasi bungkus berikut lauknya, roti, kue dan air mineral ukuran gelas. Sementara di bawah tulisan, terdapat kalimat yang menyebutkan siapa pun boleh mengambil serta siapa pun boleh mengisinya.
Nasi gratis yang ditujukan pada kaum akar rumput, tukang becak, pemulung, pengemis hingga kaum urban itu, dibuka sejak pk 06.00 - 22.00 sesuai jadual buka tutupnya toko Sederhana milik pasangan muda tersebut.Â
"Belum lama kami buka, tepatnya baru kami buka hari Minggu (18/11) lalu, awalnya 50 nasi bungkus habis dalam waktu sehari," kata Lany yang biasa disapa cik Lany.
Namun, lanjut cik Lany, lokasi seberang jalan yang merupakan trotoar, nantinya jelas menyulitkan operasional pembagian nasi bungkus gratis itu. Pasalnya, memasuki musim hujan, jelas rentan diguyur air. Belum lagi pengawasan terhadap orang- orang yang mengambil jatahnya.Â
Sebab, tak menutup kemungkinan mereka asal comot sehingga duafa lainnya tidak kebagian. "Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya etalase kami tempatkan di depan toko saja," jelas cik Lany.
Karena penasaran dengan nasi bungkus yang ada, saya pun mengambil 1 bungkus untuk mengetahui isinya. Ternyata, selain nasi yang putih (terlihat berasnya berkualitas baik), terdapat sayuran hijau dan cakar ayam. Sedangkan nasi lainnya memiliki lauk sayur berikut tahu tempe, sepertinya layak sebagai ganjal perut. Di tempat yang sama juga tergeletak roti basah yang masing- masing dikemas dalam plastik berisi dua roti.
Menurut cik Lany, konsep pembagian nasi bungkus gratis ini, sebenarnya ia adopsi dari gerakan yang sama di Kota Bandung, Jawa Barat. Di mana, saat berselancar di dunia maya, dirinya menemukan artikel tentang virus kepedulian untuk duafa. "Ketika saya diskusikan dengan suami, ia langsung menyetujuinya. Makanya segera kami eksekusi," ungkapnya.