Triyani (32) warga Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ketika dikonfirmasi mengenai museum tersebut, mengaku baru mendengarnya sekarang namun tidak mengetahui lokasinya. " Entah saya yang kurang dolan (main) atau memang publikasinya yang kurang, yang pasti nama itu baru saya dengar sekarang," jelasnya.
Guci kuno yang ditemukan di Musuk (foto: dok pri)
Begitu pun dengan Sumarsih (65) warga Desa Jaten, Kecamatan Klego, Kabupaten yang sama, ia merasa asing dengan keberadaan museum R. Hamong Wardoyo. Menurutnya, dulu pernah mendengar rencana pembangunan museum itu, tetapi hingga sekarang dirinya belum mengetahui persis lokasinya. " Mungkin pihak pengelola kurang optimal dalam sosialisasi keberadaan museum itu," ungkap pensiunan guru tersebut.
Jesicha & Jonas wisatawan asal Jakarta (foto: dok pri)
Sedangkan Yesicha (15) dan adiknya yang bernama Jonas (11) asal Jakarta Barat , ketika ditemui di museum juga mengaku terheran- heran dengan sepinya pengunjung. Sebab, menurutnya, museum R. Hamong Wardoyo harusnya bisa menjadi destinasi wisata edukasi. " Sepertinya minat masyarakat, khususnya pelajar terhadap sejarah mulai berkurang," jelas Yesicha.
Apa yang diungkapkan Yesicha sepertinya perlu ditindaklanjuti, untuk menjadi destinasi wisata edukasi, pihak pengelola harus getol menjalin kerja sama dengan guru- guru SD, SMP hingga SMA/SMK agar menggiring siswanya ke museum ini. Begitu pun perihal koleksi,peninggalan- peninggalan purbakala seantero Kabupaten Semarang segera disisir serta disatukan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya