Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjajakan Hutan Pinus di Pinggang Merbabu

1 Juni 2018   17:18 Diperbarui: 1 Juni 2018   17:38 3461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu- ibu tengah nangkring di pohon bengkok (foto: dok pri)

Diakui oleh Rinrin, keberadaan PWAKP memang tak bisa dilepaskan dari warga setempat. Untuk itu, Karang Taruna ikut dilibatkan, khususnya dalam pengelolaan agar kelestarian hutan pinus mampu terjaga dengan baik. " Tanpa dukungan warga, hutan pinus bisa rusak tak terkendali," jelasnya.

Memang, hutan pinus di PWAKP teramat luas, sehingga untuk mengelilinginya membutuhkan stamina yang prima. Celakanya, petugas keamanan relatif minim, sehingga bila warga tak dilibatkan, maka pengawasan terhadap potensi bahaya kebakaran mau pun pencurian kayu bisa dikata amat lemah.

Ide merangkul Karang Taruna yang bersentuhan langsung dengan hutan pinus ini, sepertinya layak diapresiasi. Sebab, warga jadi merasa memiliki ribuan pepohonan dan tidak dianak tirikan. Bagaimana pun juga, langkah pengelola cukup cerdas dalam menjajakan hutan di wilayahnya. Dari hutan yang hanya berfungsi sebagai resapan air, mencoba diubah ke destinasi wisata. Mungkin saja nantinya mampu menginspirasi pengelola hutan lainnya.

Beberapa lokasi di PWAKP yang menjadi tempat favorit bagi pengunjung, di antaranya pohon bengkok, gardu pandang serta gazebo. Di mana, jelang sore hari, banyak rombongan keluarga berdatangan untuk menghabiskan waktu menunggu berbuka. Jadi, semisal anda menginginkan liburan murah meriah, tak ada salahnya mengunjungi PWAKP yang eksotis ini. Percayalah, ketika tengah menjalankan ibadah puasa, jarum jam serasa berlalu cukup cepat. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun