Diakui oleh Rinrin, keberadaan PWAKP memang tak bisa dilepaskan dari warga setempat. Untuk itu, Karang Taruna ikut dilibatkan, khususnya dalam pengelolaan agar kelestarian hutan pinus mampu terjaga dengan baik. " Tanpa dukungan warga, hutan pinus bisa rusak tak terkendali," jelasnya.
Memang, hutan pinus di PWAKP teramat luas, sehingga untuk mengelilinginya membutuhkan stamina yang prima. Celakanya, petugas keamanan relatif minim, sehingga bila warga tak dilibatkan, maka pengawasan terhadap potensi bahaya kebakaran mau pun pencurian kayu bisa dikata amat lemah.
Ide merangkul Karang Taruna yang bersentuhan langsung dengan hutan pinus ini, sepertinya layak diapresiasi. Sebab, warga jadi merasa memiliki ribuan pepohonan dan tidak dianak tirikan. Bagaimana pun juga, langkah pengelola cukup cerdas dalam menjajakan hutan di wilayahnya. Dari hutan yang hanya berfungsi sebagai resapan air, mencoba diubah ke destinasi wisata. Mungkin saja nantinya mampu menginspirasi pengelola hutan lainnya.
Beberapa lokasi di PWAKP yang menjadi tempat favorit bagi pengunjung, di antaranya pohon bengkok, gardu pandang serta gazebo. Di mana, jelang sore hari, banyak rombongan keluarga berdatangan untuk menghabiskan waktu menunggu berbuka. Jadi, semisal anda menginginkan liburan murah meriah, tak ada salahnya mengunjungi PWAKP yang eksotis ini. Percayalah, ketika tengah menjalankan ibadah puasa, jarum jam serasa berlalu cukup cepat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H