Akses keluar sengaja dibatasi oleh Kaliyem, pasalnya, menurut Kaliyem, bila terbuka maka Katul akan kabur sehingga harus dicari- cari ke perkampungan. "Sebenarnya saya tidak tega, tapi bagaimana lagi? Wong saya juga punya anak difabel yang perlu saya awasi terus menerus," ungkapnya.
Yang jadi persoalan, apakah anak ini hingga kelak dewasa akan terus diperam di ruangan sempit? Tak adakah keinginan menyelematkannya? Sebab, idealnya Katul bisa hidup di panti khusus difabel dan memperoleh pendidikan yang memadai. Entah kenapa pihak terkait abai. Lantas bagaimana dengan pihak dinas Sosial Kabupaten Semarang? "Kami pernah memberitahukan hal ini secara lisan," kata salah satu relawan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H