Ihwanudin (35) warga Jalan Buk Suling Nomor 1, Kutowinangun Lor, Tingkir, Kota Salatiga sepertinya layak diapresiasi. Berkat kreatifitasnya, ia mampu memoles ban bekas menjadi beragam mebel (meja kursi) berkelas sekaligus menciptakan lapangan kerja. Seperti apa sepak terjangnya, berikut catatannya.
Saat memasuki rumahnya yang merangkap toko yang menjual batu alam, terlihat deretan kursi teras mau pun tamu berbentuk bulat. Ada beragam warna yang sengaja dipajang untuk menarik konsumen. "Soal warna, saya menuruti apa permintaan pelanggan," kata Ihwanudin yang biasa disapa Iwan, Kamis (19/10) sore.
"Saya sebelumnya bertani cabe di kampung, karena mengalami kegagalan, akhirnya saya mendatangi Iwan, siapa tahu bisa memberikan peluang pekerjaan," timpal Nurwahid.
Mendengar keluhan sahabatnya, Iwan sempat kelimpungan. Pasalnya, selama ini yang ditekuninya hanya dunia material bangunan. Sementara bidang lainnya, ia mengaku sangat awam. Setelah melalui diskusi cukup lama, Iwan mempunyai gagasan untuk memanfaatkan ban-ban bekas. Kebetulan, harga ban mobil bekas relatif murah. Sepanjang yang diketahuinya, harganya hanya sekitar Rp 3.000 perbuah.
"Karena Nurwahid mempunyai keahlian sebagai tukang juga, akhirnya kami putuskan ban mobil bekas akan kami poles menjadi kursi teras mau pun kursi tamu," ungkap Iwan.
Untuk mendukung produksi, Iwan juga berbelanja busa, oskar, kayu usuk hingga kaki kursi yang terbuat dari stainless. Tahap awal, sketsa mebel hanya berdasarkan angan-angan saja. "Yang menggemberikan, produksi perdana langsung dibeli orang," kata Iwan.
Karena produksi pertama sudah direspon pasar, Iwan yang berduet dengan Nurwahid makin getol memproduksi. Untuk satu set kursi teras yang terdiri atas dua kursi dan satu meja, mereka hanya membutuhkan waktu sehari guna menyelesaikannya. Sementara kursi tamu yang memiliki kelengkapan empat kursi dibutuhkan dua hari kerja.
Perbedaan kursi teras dengan kursi tamu, lanjut Iwan, ada pada sandaran. Di mana, kursi teras tidak memakai sandaran, sedangkan kursi tamu memiliki sandaran. "Harga kursi teras perbiji Rp 250.000 sedangkan kursi tamu mencapai Rp 350.000- Rp 400.000," jelasnya.
Dalam membuat kursi, Iwan yang tak pelit berbagi ilmu menuturkan, yang pertama membuat lobang-lobang pada ban. Gunanya untuk membenamkan rangka kayu agar kuat, selanjutnya permukaan ban diberi pengaman menggunakan potongan ban bekas juga. Setelah kerangka jadi, tinggal dilapis busa dan selanjutnya tinggal dibalut oscar sesuai pesanan. Agar semain cantik, bagian bawahnya diberi kaki stainless yang menjamin kekuatannya.
Untuk memasarkan mebel produksinya, Iwan selain menggunakan jaringan pertemanan, ia juga aktif memajang dagangannya di sosial media. Hasilnya? Permintaan pesanan mengalir dari Kota Semarang, Jakarta hingga Surabaya. "Nilai plus dari mebel ini, pemiliknya merasa bangga karena bahan bakunya limbah," ujarnya.
Hal lain, dengan ikut tergabungnya di UMKM FEDEP, lanjut Iwan, dirinya ingin memberikan pelatihan terhadap anak-anak muda yang sibuk mencari pekerjaan. Diharapkan, setelah memperoleh pelatihan, mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. "Tolong mohon dukungannya agar aktivitas ini bisa lebih bermanfaat bagi generasi putus sekolah," jelasnya saat mengakhiri perbincangan.
Begitulah sedikit catatan tentang Iwan dengan mebel berbahan baku ban mobil bekas yang telah ditekuninya selama setahun terakhir ini. Di mana, selain faktor komersial, ia juga memendam keinginan untuk menularkan ilmunya bagi orang lain yang membutuhkan. Salut untuk Iwan yang mempunyai kepedulian terhadap generasi muda. Lanjutkan inovasi serta kreatifitas, jangan mau tergilas jaman hanya karena miskin ide. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H