Penasaran dengan beredarnya kabar tentang Masjid As Safinatun Najah yang juga disebut sebagai Masjid Kapal, akhirnya Rabu (2/8) siang saya sempatkan bertandang ke Desa Podorejo, Ngalian, Kota Semarang. Seperti apa kondisinya ? Berikut catatan kecil tentang rumah ibadah yang terinspirasi oleh kapal Nabi Nuh.
Berita tentang Masjid As Safinatun Najah, hampir setahun ini membetot perhatian umat Islam di berbagai penjuru tanah air. Konon, Masjid berlantai empat tersebut terletak di kawasan kecamatan Mijen, Kota Semarang. Karena merasa sangat hafal, maka siang hari saat sinar matahari menyengat kulit, saya pun segera menyusurinya melalui jalan raya Jrakah-Mijen.
Kendati melaju pelan, sembari tengak tengok kanan kiri untuk mencari petunjuk, ternyata, hingga tiba di Cangkiran, tak terlihat satu pun papan petunjuk. Akhirnya , agar tidak makin tersesat bertanya pada salah satu pemilik warung kelontong. Rupanya, harus kembali lagi ke arah semula. " Dari sini, pasar Mijen ambil jalan yang ke kiri," jelasnya sembari menyebut jarak dari Cangkiran berkisar 3 kilometer.
Aduh ! Akhirnya usai mendapat penjelasan segera kembali ke arah semula. Celakanya, usai melewati pasar Mijen, terlanjur kebablasan 500 an meter, biar tak makin tersesat bertanyalah kepada salah satu warga. "Dari pada muter agak susah, mendingan lewat samping LP Kedung Pane. Nanti ngikuti jalan akan sampai lokasi," kata warga tersebut sembari memperagakan arah belak beloknya.
Hingga 15 menit kemudian, tepatnya setelah bertanya -- tanya sedikitnya 4 kali, akhirnya tiba juga di lokasi. Meski sinar matahari panas menyengat, namun animo masyarakat asal luar kota untuk sholat mau pun sekedar bertandang ke Masjid As Safinatun Najah lumayan banyak. Begitu pun warga yang tinggal di sekitarnya, mereka yang cerdas menangkap peluang, berjamaah membuka warung makan atau minuman dengan bentuk bangunan ala kadarnya.
Berdiri di lokasi yang terpencil, Masjid As Safinatun Najah terlihat megah. Bangunan yang terdiri atas empat lantai ini, sepertinya sengaja didesain mirip kapal, di mana, selain lantai satu dicat cokelat bergaris seperti kayu, juga terdapat jendela- jendela berbentuk bulat. Untuk lantai dasar digunakan sebagai aula, lantai dua guna sholat berjamaah, lantai tiga masih kosong sedangkan lantai paling atas terdapat kubah warna hijau.
Siapa pun yang berdiri di lantai atas, maka akan melihat pemandangan yang luar biasa. Maklum, alam di sekitarnya masih berupa persawahan dan hutan. Sehingga, apa pun yang berada di bawah, akan terlihat kecil. Sungguh suatu karya yang layak diapresiasi, konsep rumah ibadah sekaligus destinasi wisata, terbukti sukses kendati fisik bangunan belum sepenuhnya selesai dikerjakan.
Menurut Ahmad Muhajir, salah satu pengurus Yayasan Safinatun Najah tempat ibadah umat Islam ini mulai dibangun tahun 2015 lalu. Di mana, karena terinspirasi oleh kapal Nabi Nuh, maka pihak Yayasan sepakat mendirikan bangunan berarsitektur seperti kapal. "Ukuran tiap lantai 20 meter X 50 meter dengan kapasitas mampu menampung 2.000 jamaah," ungkap anak muda tersebut.
Berdiri di atas lahan seluas sekitar 1 hektar, Masjid As Safinatun Najah terus menerus berbenah. Menurut Ahmad, hingga sekarang proses pembangunan baru menelan anggaran sekitar Rp 2 miliar dan masih berlangsung dengan dukungan umat Islam yang saban hari berdatangan. Dulunya, pihak yayasan membeli lahan seharga Rp 300.000 permeter, belakangan setelah bangunan masjid berdiri, harga tanah di sekitarnya melonjak drastis.
Dalam satu hari, lanjut Ahmad, umat Islam yang berdatangan ke lokasi mencapai 100 -- 300 orang. Jumlah tersebut akan berlipat saat hari libur, bahkan terkadang bisa tembus 1.000 orang. Sehingga, keberadaan Masjid As Safinatun Najah telah menjadi obyek wisata religi di Kota Semarang. Hanya sayangnya, dukungan pemerintah, baik tingkat kota mau pun provinsi dirasa sangat minim. Terbukti, akses jalan menuju lokasi sama sekali tidak dibenahi meski banyak rombongan berkunjung menggunakan bus.
Tak sekedar sebagai tempat ibadah, menurut Ahmad, Masjid As Safinatun Najah juga menggelar pengobatan ala Islami yang ditangani oleh Sholeh bin Ali Yahya. Di mana, pengobatan yang meliputi beragam penyakit itu hanya memungut biaya sebesar Rp 15.000 perorang. "Prakteknya tiap hari Sabtu, Minggu dan Senin," ungkapnya seraya menunjuk lokasi praktek di lantai dasar.
Itulah sedikit catatan tentang Masjid As Safinatun Najah yang selain memang merupakan tempat ibadah, juga menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang. Bila anda berminat mengunjunginya, anda bisa sekalian berobat (kalau menderita penyakit) dengan tarif yang sangat terjangkau. Hanya untuk menuju lokasi, anda perlu rajin bertanya karena di jalan raya Mijen, tak terdapat petunjuk arah. Bila malu bertanya, ya dijamin makin tersesat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H