Ada dugaan, guna memuluskan langkah anaknya agar diterima di sekolah favorit, para orang tua tak malu memiskin diri dengan meminta SKTM. Ribuan protes yang mengalir, akhirnya membuat Ganjar Pranowo meradang. Ia mengancam calon siswa yang memalsukan SKTM bakal dipecat dari SMA yang belum sempat dicicipinya.
Gertakan Ganjar, langsung membuat nyali para orang tua menciut. Apa lagi, turun surat edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah yang diteken oleh Gatot Bambang Hastowo M.Pd tertanggal 15 Juni 2017 jelas- jelas memerintahkan seluruh Kepala SMA Negeri mau pun SMK Negeri diwilayahnya untuk membentuk tim verifikasi keberadaan calon siswa pemegang SKTM. Hasil verifikasi lapangan diharapkan telah dilaporkan maksimal hari Sabtu (17/6) besok.
Diduga, akibat adanya pembentukan tim verifikasi inilah yang membuat para orang tua calon siswa pemegang SKTM kelimpungan. Mereka secara berjamaah, mencabut berkas pendaftaran anaknya sehingga berimplikasi kurangnya kuota penerimaan siswa baru di berbagai SMA ma pun SMK Negeri. Sehingga, tanggal 19 Juni mendatang direncanakan dibuka kembali PPDB periode II.
Untuk mengkonfirmasi adanya PPDB periode II, para orang tua beramai- ramai membuka portal  jateng.siap-ppdb.com. Ternyata, server milik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah itu melakukan aksi mogok. Berdasarkan pengumuman, yang terpampang halaman baru bisa diakses  tanggal 11 Juni -- 14 Juni. Celakanya, hingga sekarang belum bisa diakses kembali. Mungkin, PPDB II akan dikembalikan pengelolaannya ke daerah masing- masing.
PPDB periode II ini, sepertinya sengaja digelar sebagai penawar kesal sekaligus obat kecewa calon siswa cerdas yang terhempas dari sekolah idamannya. Lantas bagaimana dengan pelaksanaan siswa baru di tingkat SMP ? Apakah nantinya juga akan mengalami silang sengkarut ? Susah menjawabnya. Yang pasti, banyak desakan agar Gubernur Jawa Tengah mengevaluasi PPDB ini. Jangan sampai anak bangsa dikorbankan oleh kebijakan yang sangat tidak populis.
Itulah sedikit catatan tentang PPDB di Kota Salatiga, sangat mungkin hal ini juga terjadi di daerah- daerah lainnya. Bila sistem tersebut tetap diberlakukan, alangkah malangnya nasip anak- anak kita yang mempunyai kemampuan akademis namun tersingkir oleh birokrasi. Sabar ya nak, percayalah Allah mboten sare(tidak tidur). Di bulan Ramadhan , sebaiknya beri maaf para pemimpin kita yang tengah khilaf. Selamat menjalankan ibadah puasa, jaga hati dan teruslah berlatih bersabar diri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H