Bila yang sudah biasa dilakukan umat adalah wakaf tanah, untuk masjid, pemakaman atau fungsi sosial lainnya, maka wakaf literasi adalah sesuatu yang baru. Bagi siapa pun yang merasa mempunyai buku yang sudah tidak terpakai, bisa mewakafkan ke Yayasan Wali. Buku- buku yang akan diwakafkan, bukan hanya yang terkait dunia Islam, namun, apa pun jenis bukunya, bakal diterima dengan dua tangan terbuka.
Dengan mengenal dunia luar melalui literasi, tutur Anis, maka seorang santri tidak akan bisa dicekoki oleh hal- hal di luar nalar manusia. Sehingga, kendati bertemu siapa pun, otaknya sulit dicuci seperti halnya para pelaku terorisme. Esensinya, membentuk santri yang berwawasan luas dan berkarakter, perlu dukungan semua pihak, termasuk pendukung gerakan wakaf buku. “ Percayalah, buku yang diwakafkan tak pernah mengenal kosa kata mubadzir,” jelasnya mengakhiri perbincangan sore.
Di Yayasan Wali sendiri, selain literasi, juga kerap digelar berbagai diskusi meliputi soal politik,budaya hingga seni dengan menghadirkan tokoh- tokoh nasional sebagai pembicara. Sedangkan untuk pengajian umum, berlangsung tiap minggu pagi. Pengajian khusus membahas hadizt, aqidah dan akhlak yang bersumber dari kitab kuning dilakukan minggu pasaran legi atau setiap 35 hari sekali.
Itulah catatan sore tentang mengaji dan literasi yang ada di Yayasan Wali Salatiga, jadi semisal anda merasa aktifitas ini sangat bermanfaat bagi umat. Silahkan mewakafkan buku- buku yang sudah tak terpakai, dari pada hanya membuat sesak ruangan, lebih bijak diwakafkan ke sini. Peran anda semua dalam membentuk santri yang cerdas, merupakan investasi akherat yang tentunya sangat diperhitungkan kelak di kemudian hari. Selamat menjalankan ibadah puasa saudara, ingat jaga diri serta jaga hati. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H