Gua misterius di Grujugan Gamelan (GG) atau semacam air terjun yang terpecah di Dusun Brangkulon, Lebak, Bringin, Kabupaten Semarang membuat pensaran siapa pun. Lokasinya yang tersembunyi konon tak semua orang mampu melihatnya, untuk membuktikannya, akhirnya saya menyambangi obyek wisata gratis yang dikelola oleh pemuda Karang Taruna (KT) setempat itu. Berikut catatannya.
Tertarik dengan cerita banyak orang, akhirnya Kamis (18/5) sore, saya pun mengunjungi lokasi wisata prodeo yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Kota Salatiga tersebut. Untuk menuju GG, orang bisa melewati perkampungan yang jalurnya tidak begitu bagus. Sedangkan jalur yang relatif baik, melalui jalan raya Bringin-Kedung Jati, Kabupaten Purwodadi.
Karena ingin mencoba dua jalur, maka saya memilih berangkat melewati perkampungan sedangkan pulangnya melalui jalan raya. Hanya membutuhkan waktu 20 menit, ternyata sudah tiba di lokasi. Ada beberapa ruas jalan yang rusak parah, bahkan, salah satu terowongan kecil yang dibuat PT Kereta Api Indonesia terlihat digenangi air sehingga aspalnya mengelupas.
Di pintu masuk yang dibuat ala kadarnya, terpampang sejumlah peringatan seperti tidak boleh berenang ketika cuaca buruk, berpakaian sopan saat berenang, berhati- hati sewaktu selfie, jalan menuju lokasi licin hingga dilarang keras membawa minuman keras. Aturan yang ditulis memang benar adanya, jalur menurun hingga memiliki sudut kemiringan 50 derajat bila usai diguyur hujan mampu menjatuhkan orang, beruntung cuaca siang ini cerah.
Melihat pintu masuk semacam gapura yang dibuat menggunakan bambu dan belahan papan, sebenarnya menimbulkan keraguan. Namun, bagaimana pun harus diapresiasi langkah para pemuda tersebut yang ingin memajukan desanya. Melewati jalan selebar 1 meteran dan berupa tanah, jaraknya hanya berkisar 200 an meter untuk sampai di GG.
Mendekati lokasi, nampak gazebo sederhana yang didirikan menggunakan bahan material bambu, beratapkan terpal plastik dan tempat duduk bambu juga. Terlihat ibu muda tengah bermain dengan anaknya di ayunan yang juga sangat sederhana, sementara di pojokan sebuah warung kecil menyediakan berbagai snack mau pun minuman. Upaya yang lumayan demi desanya.
Hingga tiba di sungai yang disebut sebagai GG ini, sungguh luar biasa. Bebatuan besar memenuhi sungai selebar hampir 10 meter sehingga menimbulkan pemandangan yang eksotis. Terlihat jelas, batu- batu yang beratnya ratusan kilogram itu sengaja dipelihara dan diharamkan untuk dipecah guna dijadikan material bangunan. Beberapa remaja putri asyik berselfie berulangkali berganti gaya.
Menurut Nur Mualifah (45) warga setempat, ia belum pernah melihat gua misterius tersebut. . Hanya berdasarkan cerita kakeknya, jaman dulu memang terdapat terowongan mirip gua di antara tumpukan bebatuan. Hingga berpuluh tahun kemudian, keberadaannya lenyap tak berbekas.
“ Dulu di lokasi ada gua kecil yang didalamnya terdapat gendang yang sering dipinjam orang. Ternyata, ada orang yang kurang ajar, yakni usai meminjamnya, gendang diolesi kotoran ayam. Setelah kejadian itu, terowongan berikut gendangnya menghilang,” ungkapnya.
Perihal nama GG, lanjutnya, hal itu disebabkan pada malam- malam tertentu sering terdengar suara gamelan di lokasi. Bila didekati, sumber suara perlahan menghilang. Karena memang belum mempunyai nama, akhirnya diberi nama GG. “ Yang pasti jaman saya kecil, siang hari pun tidak berani main ke tempat itu karena dikenal angker,” jelasnya.
Di parkiran, seorang pemuda bernama Andri (20) sempat menjelaskan bahwa lokasi ini baru digarap oleh KT Desa Lebak mulai bulan Januari lalu. Dipimpin Chandra selaku ketua KT, mereka meminta ijin kepada kepala desa untuk mengelolanya. Setelah pamong desa merestui, mereka bergotong royong membuka jalan, menyiapkan sarana prasarana hingga memasang spanduk di ruas jalan.
Itulah hasil blusukanhari ini, kendati serba sederhana, namun upaya para pemuda dari KT setempat itu layak diacungi jempol.Pasalnya, mereka sudah ikut memelihara alam dan memanfaatkan lingkungan untuk mengeksploitasinya guna kepentingan desanya. Harusnya, pihak pemerintahan desa ikut cawe- cawe agar lokasi GG mampu dikenal oleh masyarakat luas. Minimal, di jalan raya dipasang spanduk- spanduk berikut petunjuk jalannya sehingga pengendara kendaraan mampu melihatnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H