Yang namanya kuliner bakso, nyaris di segala penjuru tanah air bisa ditemukan. Dari sudut perkotaan hingga pelosok pedesaan, makanan berbahan baku daging dengan bentuk bulat mirip bola bekel tersebut, harganya relatif terjangkau. Nah, di Kota Salatiga terdapat bakso mangkok , klenger dan beranak. Seperti apa penampakannya, berikut catatannya untuk Kompasiana.
Seperti galibnya seorang pedagang makanan, Rini ibu rumah tangga berusia 43 tahun warga Payaman, Cengek, Tingkir, Kota Salatiga inginnya memiliki usaha sampingan yang berprospek cerah. Tentunya, hal ini agak sulit terealisasi mengingat rumahnya berada di pinggiran kota. Tanpa inovasi, rasanya keinginannya bisa- bisa hanya sebatas mimpi.
Terkait hal tersebut, tahun 2016 lalu Rini membuka usaha kuliner dengan menu andalan masakan Indian dan Thailand. Sayang, kendati hasil racikannya direspon masyarakat, namun tak kunjung terdongkrak omzet penjualannya. Maklum, rumahnya yang dijadikan warung makan memang kurang mampu “menjual”. Dari jalan raya Salatiga-Suruh, calon pembeli harus memasuki gang agak sempit sebelum sampai di lokasi.
Kebetulan, Rini yang piawai mengolah beragam makanan memang menguasai cara membuat bakso. Untuk itu, dirinya kembali memikirkan bagaimana bakso produknya lain dibanding dengan warung bakso yang sudah ada. “ Kalau hanya bakso bulat, dilengkapi tahu dan bakmi. Rasanya tiap sudut kota Salatiga mudah ditemukan,” ungkapnya.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Rini memutuskan membuat bakso mangkok. Di mana, adonan daging dibentuk menyerupai mangkok dan di tengahnya diberikan beberapa bakso bulat. Harga yang dipatoknya, lumayan mahal yakni Rp 35.000 seporsi. “ Anehnya, ketika menu tambahan ini saya perkenalkan pada pelanggan, responnya sangat bagus,” jelas Rini.
Melalui penjualan secara online, yakni memanfaatkan pertemanan di media sosial, bakso mangkak banyak dipesan pelanggan. Kendati begitu, Rini tetap berinovasi lagi. Ia mencoba menyediakan bakso beranak, di mana, adonan bakso dibuat sebesar bola tenis, ketika dibelah bagian dalamnya terdapat bakso kecil plus telur puyuh. “ Untuk bakso beranak harga perporsinya lebih murah, yakni hanya Rp 20.000,” jelasnya.
Rini yang membuka warung baksonya mulai pk 12.00 dan tutup pk 19.00, biasanya dalam sehari menghabiskan bahan baku 3-4 kilogram daging. Kendati harga yang dipatok di atas harga bakso kebanyakan, namun ia tetap optimis warungnya memiliki prospek bagus. “ Terbukti sudah ada beberapa orang yang ingin mengajak kerja sama,” ungkapnya.
Untuk bakso rudal dipatok harga Rp 12.000, bakso beranak Rp 20.000 dan yang terakhir yakni bakso klenger harganya paling mahal, yakni Rp 60.000 perporsi. Bakso klenger sendiri, sebenarnya berbentuk mirip bulatan bakso biasa. Yang membedakan, ukurannya sangat besar nyaris memenuhi mangkok. “ Untuk bakso klenger, pembeli harus memesan terlebih dulu karena stocknya terbatas,” ujarnya.