Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Cara Salatiga Menghargai Pahlawannya

20 April 2017   16:23 Diperbarui: 23 April 2017   21:00 3475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adisucipto (ejaan lama Adisoetjipto) dilahirkan di Salatiga tanggal 4 Juli 1916, setelah lulus dari Algemene Middelbare School (AMS) tahun 1936 dirinya secara diam- diam mendaftar ke Sekolah Penerbangan Militer (Militaire Luchtvaart Opleidings School) di Subang, Jawa Barat. Lulus dengan predikat sangat memuaskan, ia berhak menyandang pangkat Letnan Muda (sekarang Letnan Dua) udara.

Dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara tercatat Adisucipto yang bertugas di skadron Pengintai berulangkali melakukan tugas operasi dengan gemilang. Tahun 1947, dirinya menerima perintah untuk mencari bantuan obat- obatan demi kepentingan Palang Merah Indonesia (PMI). Menggunakan pesawat angkut jenis Dakota VT-CLA (pesawat hibah), sebenarnya penerbangan ini telah mendapat persetujuan pihak Belanda mau pun Inggris.

Sungguh celaka, tanggal 29 Juli 1947 saat kembali ke Indonesia dengan membawa berbagai obat- obatan, mendadak muncul dua  pesawat pemburu Kitty Hawk milik Belanda. Menjelang pesawat Dakota melakukan pendaratan di Maguwo, secara membabi buta pesawat Belanda memberondongnya dengan senjata mesin. Akibatnya fatal, Dakota terbakar dan jatuh hingga membuat Adisucipto serta tujuh rekannya gugur.

Sedangkan juniornya, yakni Yos Sudarso dilahirkan di Salatiga tanggal 24 November 1925 sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Pelayaran Semarang dan mengikuti pendidikan opsir di Giyu Usau Butai. Karena menjadi salah satu lulusan terbaik, tahun 1956 Presiden Soekarno mengirimnya ke Akademi Angkatan Laut Belanda. Paska dilantik menjadi perwira Angkatan Laut, dirinya bertugas di berbagai kapal perang, sebagai komandan tentunya.

Ketika pemerintah RI menggelar operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) tanggal 19 Desember 1961, untuk membebaskan Irian Barat. Presiden Soekarno menunjuk Yos Sudarso sebagai komandan operasi. Tanggal 15 Januari 1962, Yos yang berada di KRI Macan Tutul tengah memimpin patroli  laut bersama beberapa kapal perang lainnya. Rupanya hal ini membuat pihak Belanda meradang, mereka menyiapkan kekuatan tempur guna menggempur pasukan Indonesia di lautan.

Dengan mengerahkan kapal perusak yang didukung pesawat terbang, siap menghalau kapal- kapal perang milik Angkatan Laut Indonesia. Celakanya, Yos Sudarso selaku komandan tak sudi mundur. Aibatnya fatal, segera terjadi peperangan di tengah lautan.  Karena kekuatan memang tidak seimbang, Yos sempat mengeluarkan perintah agar kapal perang lainnya mundur. Dan , keputusan itu dibayar mahal. Kapal perang Macan Tutul yang berada di bawah komandonya dihajar meriam pasukan Belanda hingga menyebabkan dirinya gugur.

Bila Adisucipto dan Yos Sudarso relatif  mudah ditemukan perjalanan hidupnya, sebaliknya Brigjen Sudiarto masih belum ada pakar sejarah yang menelusurinya. Yang pasti, penyandang pangkat bintang satu Angkatan Darat ini juga dianugerahi gelar pahlawan nasional. Untuk menghormati  jasa para pahlawan, banyak daerah yang memberi nama jalan dengan nama mereka. Bahkan nama Yos Sudarso disematkan di Pelabuhan Ambon serta kapal perang RI.

Demikian pula dengan Adisucipto, namanya diabadikan di Bandara internasional  di Sleman, DIY sekaligus pangkalan militer Angkatan Udara. Lain lubuk lain ikannya, bila daerah lain memberikan penghormatan yang tinggi , sementara di kampung halamannya patung tiga pahlawan nasional tersebut terlihat lesu tanpa ekspresi. Entah sampai kapan akan tetap begitu, semoga Salatiga punya rencana besar yang sengaja disembunyikan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun