Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Salatiga, Paskah Bersama Digelar di Depan Masjid Raya

16 April 2017   17:52 Diperbarui: 17 April 2017   05:00 2935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengamanan terlihat longgar (foto: dok pri)

Ibadah Paskah bersama yang digelar di lapangan Pancasila atau di depan Masjid Raya Darul Amal Kota Salatiga, Minggu (16/4) sore berlangsung mulus. Kendati jemaat yang hadir tak sebanyak hajatan sebelumnya, namun, seluruh prosesi kebaktian relatif berjalan lancar.

Tak salah kiranya bila Setara Institute menobatkan Kota Salatiga sebagai kota paling toleran di Pulau Jawa, terbukti, aktifitas ibadah yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Gereja Salatiga (BKGS) yang digelar saban tahun praktis selalu terealisasi tanpa hambatan apa pun. Bahkan, lapangan Pancasila yang mempunyai  empat akses masuk, oleh jajaran kepolisian setempat tidak diblokir.

Pengamanan terlihat longgar (foto: dok pri)
Pengamanan terlihat longgar (foto: dok pri)
Di lapangan tempat berlangsungnya ibadaha, memang nampak puluhan personil kepolisian bergabung dengan Sat Gas salah satu partai politik dan aparat keamanan lainnya.  Meski begitu, empat akses yang terdiri atas jalan Adi Sucipto, Sukowati, Brigjen Sudiarto dan Tentara Pelajar tidak terlihat dijaga petugas. Artinya, pihak Polres Salatiga yang telah melakukan analisa serta evaluasi menganggap tak ada potensi gangguan keamanan.

Dalam prosesi ibadah Paskah sendiri, pihak panitia sengaja membalut acara dengan nuansa Jawa. Di mana, selain mengusung thema Durjana Kang Manggih Kamulyan (Penjahat yang memperoleh kemulyaan), musik yang dimanfaatkan untuk  mengiringi lagu pujian sendiri terdapat seperangkat gamelan. “ Selain untuk mengiringi ibadah Paskah yang nantinya ada kesenian ketoprak, nanti malam juga untuk mendukung pertunjukan wayang kulit,” kata salah satu panitia.

Seperangkat gamelan pendukung ibadah (foto: dok pri)
Seperangkat gamelan pendukung ibadah (foto: dok pri)
Sejak pk 14.30, ratusan umat Kristiani sudah terlihat berdatangan ke lapangan Pancasila. Sembari menunggu jemaat lainnya, terlihat di panggung beberapa anak muda memainkan berbagai alat musik sembari menyanyikan lagu- lagu rohani. Hingga selepas pk 15.00, ketika Masjid Raya mengumandangkan adzan Ashar, spontan alunan lagu pujian berhenti. Sungguh, toleransi yang penuh kedewasaan dan tak sekedar di mulut belaka.

Baru setelah kumandang adzan berakhir, aktifitas ibadah kembali dilanjutkan dengan beragam prosesi. Puluhan pendeta dan pastur, dalam kesempatan ini sempat bermain ketoprak  sehingga mampu memberikan warna tersendiri. Seperti pada tahun- tahun sebelumnya, ibadah Paskah bersama, biasanya berakhir sekitar pk 17.45  atau menjelang kumandang adzan Maghrib. Usai mengikuti kebaktian, jemaat langsung kembali ke rumahnya masing- masing dan akan menggelar ibadah Natal di bulan Desember mendatang.

Panggung raksasa untuk acara ibadah dan wayang (foto: dok pri)
Panggung raksasa untuk acara ibadah dan wayang (foto: dok pri)
FPI dan Subuhan Berjamaah

Seperti diketahui, Kota Salatiga mempunyai  populasi penduduk  beragama Islam mencapai 75 persen. Sedang sisanya merupakan pemeluk Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Kendati begitu, perbedaan beragama tak membuat kalangan minoritas tersingkir. Hal tersebut yang membuat Lembaga Setara Institute menobatkannya menjadi kota paling toleran kedua se-Indonesia.

Penduduk Salatiga yang berjumlah sekitar  190 ribu (data Pemilu Legislatif tahun 2014), memang unik. Keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan beberapa perguruan tinggi lainnya, belakangan membuat kota kecil ini didiami oleh 23 suku. Kendati begitu, masyarakat yang menyatu sangat menjunjung tinggi pluralisme.

Subuhan berjamaah di Masjid Raya (foto: dok Rizal)
Subuhan berjamaah di Masjid Raya (foto: dok Rizal)
Konsekuensi menjadi kota pendidikan, maka ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru tanah air sejak puluhan tahun lalu berdatangan. Lucunya, mereka merasa nyaman tinggal di kota kecil ini. Bahkan, tak sedikit yang memperoleh jodohnya di Salatiga. “Saya memang nyaman hidup di Salatiga,” kata  Pdt Izak Lattu PhD dosen UKSW yang berasal dari Ambon.

Kembali ke prosesi ibadah Paskah bersama yang memang merupakan agenda rutin BKGS, beberapa jam sebelumnya di Masjid Raya Darul Amal juga digelar ibadah sholat Subuh berjamaah yang dihadiri oleh Habib Muhsin Alatas. Dalam aktifitas keagamaan yang diselenggarakan para pemuda Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Salatiga tersebut, diusung semangat Gerakan Subuh Berjamaah (GSB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun