Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rakyat Peduli Salatiga Penebar Virus Kebaikan Lintas Kota

27 Maret 2017   17:44 Diperbarui: 30 Maret 2017   01:00 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyortir pakaian layak pakai di markasnya (foto: dok RPS)

Hampir setahun belakangan ini, komunitas Rakyat Peduli Salatiga (RPS) yang anggotanya mayoritas anak muda di Kota Salatiga terus memperlihatkan eksistensinya dalam menebar virus kebaikan. Berbeda dengan komunitas- komunitas sosial lainnya yang hanya fokus di daerahnya, RPS bergerak dilintas kota. Seperti apa kiprah mereka, berikut catatannya untuk Kompasiana.

Senin (27/3) siang, puluhan anggota RPS bergerak menuju sekolah luar biasa (SLB) ERHA yang terletak di Sumberejo, Pabelan, Kabupaten Semarang atau sekitar 5 kilometer dari Kota Salatiga. Di sekolah yang mendidik anak- anak berkebutuhan khusus ini, RPS yang berduet dengan komunitas Kabar Salatiga (KS) menyerahkan bantuan berupa dua unit kursi roda, peralatan tulis menulis dan pakaian layak pakai.

Koordinator RPS menyerahkan bantuan (foto: dok RPS)
Koordinator RPS menyerahkan bantuan (foto: dok RPS)
SLB ERHA yang menempati lahan di dusun Krajan RT 05 RW 03 memang memiliki 23 siswa yang memiliki keterbatasan (difabel). Selama sepekan terakhir, sekolah yang berada di pedesaan tersebut menjadi target pemberian bantuan. Melalui dukungan para donatur, baik di RPS mau pun KS akhirnya terkumpul dana sebesar Rp 2.551.000. “ Dari dana yang masuk, ahirnya kita belanjakan dua unit kursi roda dan berbagai kebutuhan belajar lainnya,” kata Tri Wijaya koordinator RPS.

Menurutnya, RPS memang biasa bekerja sama dengan KS mau pun komunitas lainnya. Selama memiliki kesamaan visi dan misi yang sama, RPS tak mengharamkan berkolaborasi untuk menebarkan virus kebaikan. Pasalnya, slogan yang diusungnya adalah Aksi Nyata Untuk Sesama, sehingga, bagi personil RPS yang bermarkas di Jalan Cemara RT 05 RW 06, Sidorejolor , Sidorejo, Kota Salatiga ini, selama demi kemanusiaan, pihaknya selalu siap bergerak.

Perwakilan KS secara simbolis serahkan bantuan (foto: dok RPS)
Perwakilan KS secara simbolis serahkan bantuan (foto: dok RPS)
Dalam pemberian bantuan ke SLB ERHA sendiri, muncul keharuan saat puluhan anak- anak berkebutuhan khusus itu menyambut gembira para personil RPS dan KS. Wajah mereka yang memang khas, nampak terpancar rasa kebahagiaan yang tak terkira. Hingga usai penyerahan bantuan secara simbolis, dua murid menghibur guru mau pun perwakilan RPS. Dua anak berbeda jenis tersebut menyanyikan sebuah lagu. Judulnya ? Jangan Menyerah ciptaan D Masiv.

Keharuan semakin larut melihat gestur mau pun suara duet anak berkebutuhan khusus itu, ya, hanya orang yang tidak memiliki hati saja yang tak terharu. Untuk orang normal, dipastikan bakal hanyut dalam kesedihan. Bagaimana pun juga, mereka adalah anak- anak kita juga. Hanya takdir yang menjadikan sekat tersendiri sehingga mereka terpinggirkan.

Hingga rombongan RPS dan KS berpamitan, anak- anak berkebutuhan khusus itu masih terlihat sangat bahagia. Mungkin mereka jarang menerima kunjungan, sehingga, kehadiran tamu dalam jumlah cukup banyak, membuat hati mereka riang gembira. “ Ini bukan kunjungan yang terakhir, nantinya kami akan melakukan kunjungan serupa ,” ungkap Tri Wijaya.

Personil RPS bergaya sebelum gelar baksos (foto: dok RPS)
Personil RPS bergaya sebelum gelar baksos (foto: dok RPS)
Tak Ada Uang, Tenaga pun Jadi                                                         

Pemberian bantuan kepada SLB ERHA bukanlah yang pertama dilakukan RPS, hampir setahun belakangan ini, personil RPS kerap terlibat berbagai aksi kemanusiaan. Dari mulai aktifitas rutin yakni penyaluran bantuan pakaian layak pakai hingga menembus Kabupaten Boyolali untuk menyantuni Warjiman (54) laki- laki yang mengalami kelumpuhan selama 20 tahun. “ Karena sifatnya untuk sesama, kami mengabaikan lokasi orang yang perlu kami bantu. Tidak fokus di Salatiga saja,” jelas Tri Wijaya.

RPS sendiri, sebenarnya secara resmi dibentuk awal bulan Agustus tahun lalu. Di mana, beberapa anak muda yang mempunyai kepedulian terhadap Kota Salatiga kerap nongkrong bersama. Melalui diskusi kecil, akhirnya muncul gagasan mendirikan satu komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan tanpa memandang agama, usia, lokasi mau pun aliran politiknya.

Pertemuan rutin anggota RPS (foto: dok RPS)
Pertemuan rutin anggota RPS (foto: dok RPS)
Namanya saja komunitas, tentunya memiliki anggota yang heterogen. Kendati begitu, dalam kesehariannya, sekat agama, usia hingga status sosial masing- masing anggotanya mampu dikesampingkan. Mereka memiliki agenda rutin tentang berbagi yang direncanakan setiap bulan. “ Kadang dalam satu bulan kita bisa beraksi tiga kali, yang penting perencanaan kami bahas secara detail dulu,” ujar Tri Wijaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun