Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beginilah Ritual Merti Bumi Serasi di Kabupaten Semarang

14 Maret 2017   17:05 Diperbarui: 15 Maret 2017   04:00 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan MBS tengah siap berangkat (foto: dok pri)

Dewan Kesenian Kabupaten Semarang (DKKS), menggelar ritual Merti Bumi Serasi (MBS) yakni mengarak dua gunungan hasil bumi melewati sedikitnya 33 desa. Hajatan itu diadakan dalam rangka menyambut hari jadi Kabupaten Semarang ke 496. Berikut catatan kemeriahannya untuk Kompasiana tentunya.

Hari ini, Selasa (14/3) , ritual mengarak dua gunungan hasil bumi dimulai dari kantor  Desa Boto, Kecamatan Bancak menuju Kecamatan Bringin. Berbagai panenan pertanian yang dibentuk menjadi gunungan itu, sebelumnya Senin (13/3) siang telah menjalani beberapa prosesi di Dusun Karang Kepoh, Pager, Kaliwungu, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan keterangan Camat Kaliwungu, Otter Sukamto, Dusun Karang Kepoh dipilih sebagai lokasi start kirap gunungan karena tempat ini pernah menjadi saksi sejarah pusat pemerintahan sementara Kabupaten Semarang. Di mana, untuk menjalankan roda pemerintahan, aparat sipil menempati salah satu rumah warga setempat.

Camat Kaliwungu menyerahkan kendi isi air pada ketua DKKS (foto: dok pri)
Camat Kaliwungu menyerahkan kendi isi air pada ketua DKKS (foto: dok pri)
Dalam prosesi  MBS tersebut, diawali dengan pelepasan rombongan kirap yang semuanya mengenakan pakaian adat Jawa. Otter Sukamto sebelumnya menyerahkan kendi berisi air yang konon diambil dari tujuh mata air kepada Ketua DKKS Sarwoto Dower. Dengan disaksikan seluruh tokoh- tokoh masyarakat, rombongan bergerak menuju Kecamatan Susukan yang berjarak sekitar 5 kilometer.

Selanjutnya iring- iringan menuju Kecamatan Suruh, Kecamatan Pabelan dan bermalam di Desa Boto, Kecamatan Bancak.Di berbagai desa yang dilewati, masyarakat sudah menunggu di depan rumah sembari menyiapkan hasil bumi yang terdiri atas buah- buahan mau pun panenan lainnya. Tanpa diminta, mereka segera menyerahkan beragam makanan tersebut pada panitia.

Menurut Sarwoto Dower, ritual MBS memang bertujuan untuk membangkitkan semangat gotong royong di kalangan masyarakat yang belakangan mulai luntur. Momen diambil menjelang Kabupaten Semarang akan memperingati hari jadinya yang jatuh pada hari Rabu (15/3) besok. “ Dua gunungan sengaja diarak melewati berbagai desa dan nantinya disiapkan mobil- mobil bak terbuka untuk menampungan hasil bumi sumbangan warga,” jelasnya.

Warga menyerahkan hasil bumi pada rombongan (foto; dok pri)
Warga menyerahkan hasil bumi pada rombongan (foto; dok pri)
Melewati 33 Desa

Ada sisi menarik dalam ritual MBS yang baru digelar pertama kalinya ini, di mana, dua gunungan yang diarak melewati 33 desa di Kabupaten Semarang, ternyata disambut antusias warga. Sifat gotong royong dengan memberikan hasil bumi secara suka rela merupakan representasi dari bentuk keloyalan terhadap pemerintahan yang ada. Kendati yang disumbangkan hanya seperti singkong, ubi, buah- buahan, sayuran hingga seonggok padi, namun tetap layak diapresiasi.

Berkaitan hal tersebut, Sarwoto selaku penggagas kirap budaya akan melakukan evaluasi menyeluruh. Bila MBS sekarang hanya melalui 33 desa, tahun depan direncanakan bakal melewati lebih banyak desa mau pun kelurahan. Untuk itu, realisasi ritual tahun mendatang akan dipersiapkan secara matang agar mampu melintas di 19 kecamatan.

Tak ada sayur, kelapa pun jadi (foto: dok pri)
Tak ada sayur, kelapa pun jadi (foto: dok pri)
Memang, untuk merealisasikan prosesi MBS melewati semua kecamatan di Kabupaten Semarang bukan sesuatu yang mudah. Pasalnya, wilayah ini memiliki 19 kecamatan dan terdiri atas 208 desa ditambah 27 kelurahan. Tentunya, ritual yang sama akan menguras tenaga serta biaya yang tidak sedikit. “ Tidak harus semua desa kita lalui, yang penting semua kecamatan dirambah,” kata salah satu panitia MBS.

Berdasarkan catatan, hari ini rombongan MBS yang terdiri atas puluhan kendaraan bak terbuka dan puluhan motor pengiring tersebut, selepas dari kantor Kecamatan Bringin akan meneruskan kirap melewati Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang, dilanjutkan ke Desa Kunci Putih, Kecamatan Pringapus, Desa Gondoriyo , Kecamatan Bergas dan berakhir di Pendapa Rumah Dinas Bupati Semarang di Ungaran. Rabu (15/3) siang, gunungan akan diperebutkan masyarakat sebagai penutup semua ritual.

Anak SD ikut menyambut kirap MBS (foto: dok pri)
Anak SD ikut menyambut kirap MBS (foto: dok pri)
Itulah catatan mengenai prosesi MBS yang berjalan dua hari penuh, di tengah segala kemajuan teknologi, sepertinya upaya pihak DKKS sangat layak diapresiasi. Menghidupkan kirap budaya sekaligus membangkitkan sifat gotong royong yang belakangan mulai luntur di masyarakat bukan pekerjaan yang mudah. Untuk itu, dukungan seluruh elemen yang ada tentunya wajib diberikan. Selamat ulang tahun yang ke 496  Kabupaten Semarang. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun