Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sehari Membututi PAY Boyolali "Berburu" Dhuafa

5 Maret 2017   20:28 Diperbarui: 5 Maret 2017   20:41 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu anak yatim menerima bantuan (foto: dok pri)

Komunitas Peduli Anak Yatim Boyolali (PAYB) yang personilnya merupakan anak- anak muda di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah hampir setiap bulan memiliki agenda rutin, yakni menggelar bakti sosial (baksos) memberikan bantuan terhadap anak yatim mau pun fakir miskin. Seperti apa kiprah mereka, berikut catatannya.

Setelah berulangkali tertunda, akhirnya, Minggu (5/3) pagi, saya memperoleh kesempatan mengikuti baksos  yang menjadi rutinitas personil PAYB. Ada sekitar 80 an anak muda, berencana melakukan konvoi dari satu desa ke desa lainnya. Tujuannya hanya satu, yakni memberikan bantuan terhadap anak yatim serta kaum dhuafa yang terdiri atas janda mau pun pria sebatangkara.

Sekitar pk 08.00, beberapa anak muda yang merupakan sukarelawan PAYB sudah mulai berdatangan ke markas PAYB yang terletak di kawasan Kelurahan Polisen. Tempat yang biasa disebut sebagai base camp ini, nantinya akan dijadikan titik start“perburuan” kaum dhuafa. Hingga  30 menit kemudian, terkumpul 80 an sukarelawan. Usai dilakukan pembekalan dan doa bersama, sembari membentuk konvoi mereka mulai bergerak menuju sasaran.

Siap bergerak melakukan
Siap bergerak melakukan
Seperti biasanya, bekal yang dibawa personil PAYB beragam mulai selimut, kasur, sarung, tas sekolah hingga sembako. Konvoi bergerak menuju Kelurahan Karanggeneng masih di wilayah perkotaan, di sini mereka memberikan bantuan terhadap dua orang dhuafa, kemudian dilanjutkan ke Kecamatan Sambi yang berjarak sekitar 10 kilometer. “ Hari ini kita akan membagikan 33 paket kepada anak yatim mau pun kaum dhuafa,” kata salah satu relawan.

Tiba di Desa Jagoan, rombongan menemui Turut (60) , seorang pria miskin yang terlahir cacat permanen. Kakinya hanya satu, ironisnya ia hidup sendirian di rumah gubuk berdinding anyaman bambu. Oleh relawan PAYB, ia diberi kasur, sarung dan sembako. Berikutnya, beberapa personil menemui Tumin (65) yang juga kondisinya  sangat menyedihkan. Pria papa tersebut menerima paket sembako serta barang lainnya.

Kemudian konvoi meneruskan perjalanan ke beberapa desa di Kecamatan Simo atau sekitar 17 kilometer dari Kabupaten Boyolali. Mereka langsung menyasar ke titik- titik yang telah ditentukan. Untuk anak yatim, diserahkan peralatan sekolah ,buku dan susu. Sementara kaum dhuafa yang masuk target, diberikan beberapa barang yang dibutuhkan serta sembako.

Pak Tumin salah satu dhuafa yang menerima bantuan (foto: dok pri)
Pak Tumin salah satu dhuafa yang menerima bantuan (foto: dok pri)
Dibentuk tahun 2014

Setelah mengeksekusi puluhan target, konvoi bergerak ke wilayah Kecamatan Mojosongo. Artinya, kembali lagi ke Boyolali selanjutnya menuju arah Surakarta. Begitu tiba di rumah target, tanpa menunggu lebih lama segera dieksekusi. “ Kita masih akan menemui sekitar 15 target lagi,” kata relawan yang sama.

Waduh, baru separuh sasaran saja telah menghabiskan waktu hingga pk 14.00, terus mau selesai jam berapa kalau paket yang ada disalurkan semua ? Karena faktor jarak, akhirnya pk 15.30 saya melepaskan diri dari rombongan. Sebab, berdasarkan penjelasan, dalam sehari jarak tempuh yang dijalani relawan PAYB bisa mencapai 100 kilometer. Wow ! Langsung saja saya memutuskan mundur teratur pulang ke Salatiga.

Begini kondisi salah satu rumah target (foto: dok pri)
Begini kondisi salah satu rumah target (foto: dok pri)
Pk 18.00  Jacky yang merupakan koordinator PAYB mengabarkan, kegiatan hari ini baru saja berakhir. Itu pun, dari 32 target masih tersisa 8 orang yang harus dieksekusi. Artinya, aktifitas yang dimulai pk 09.30 ditutup pk 18.00. Delapan jam hanya dimanfaatkan bergerak dari satu desa ke desa lainnya. “ Untuk 8 target sisanya akan kami selesaikan besok pagi (Senin 6/3),” tukas Jacky.

Sisa target yang hanya 8 orang memang tidak tereksekusi hari ini karena lokasinya relatif cukup jauh, di mana para kaum “teraniaya” keadaan itu bertempat tinggal di Kecamatan Karanggede dan Kemusu. Bila dihitung jaraknya dari ibu kota kabupaten, mungkin mencapai 25-30 kilometer. Jadi, wajar bila ditunda pasalnya relawan telah kehabisan tenaga.

Salah satu anak yatim menerima bantuan (foto: dok pri)
Salah satu anak yatim menerima bantuan (foto: dok pri)
PAYB sendiri, sebenarnya merupakan komunitas anak- anak muda di Kabupaten Boyolali yang memiliki kepedulian tinggi terhadap para dhuafa. Dibentuk bulan Oktober tahun 2014, berawal dari sekedar diskusi ngalor ngidul. Melalui pengamatan mereka, ternyata banyak ditemukan orang- orang “teraniaya” di pedesaan. Terkait hal tersebut, didirikanlah PAYB.

Menurut Jacky, PAYB hanya mendapatkan  dana dari relawannya. Mereka mengharamkan menerima bantuan dana pihak lain, kalau pun ada yang mau memberikan bantuan, ya tentunya harus menjadi relawan terlebih dulu. Maka, tak heran jumlah relawan yang tergabung di PAYB naik turun. “ Kami juga belum pernah mengedarkan proposal apa pun. Segala kegiatan kami, ya kami biayai sendiri,” terang Jacky yang biasa disapa bang Jack.

Itulah sedikit catatan tentang sepak terjang PAYB , kelompok anak muda yang masih mempunyai nurani membantu sesamanya. Mereka sangat sadar, luasnya wilayah kabupaten Boyolali, membuat para kaum dhuafa kerap terabaikan. Untuk itu, mereka berupaya sedikit berbagi agar mampu memberikan sepercik air saat kaum dhuafa dahaga. Apa pun yang telah dilakukan PAYB, saya semakin memahami, ternyata di desa- desa pinggiran, teramat banyak dhuafa yang mengalami nasip sangat menyedihkan.

Berdasarkan data yang ada, PAYB ternyata juga memiliki daftar anak- anak yatim yang harus ditanggung keperluan sekolahnya. Kendati pemerintah sudah menggratiskan biaya pendidikan bulanan, namun, kebutuhan pendidikan tidak sebatas iuran komite sekolah saja. Ada berbagai biaya lain yang timbul dan wajib dibayar. Begitu pun dengan kaum dhuafa yang rumahnya nyaris ambruk, mereka juga mempunyai agenda khusus melakukan bedah rumah. Di mata orang yang normal, pastinya langkah relawan PAYB layak diapresiasi. Salam kemanusiaan ! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun