Komunitas Peduli Anak Yatim Boyolali (PAYB) yang personilnya merupakan anak- anak muda di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah hampir setiap bulan memiliki agenda rutin, yakni menggelar bakti sosial (baksos) memberikan bantuan terhadap anak yatim mau pun fakir miskin. Seperti apa kiprah mereka, berikut catatannya.
Setelah berulangkali tertunda, akhirnya, Minggu (5/3) pagi, saya memperoleh kesempatan mengikuti baksos yang menjadi rutinitas personil PAYB. Ada sekitar 80 an anak muda, berencana melakukan konvoi dari satu desa ke desa lainnya. Tujuannya hanya satu, yakni memberikan bantuan terhadap anak yatim serta kaum dhuafa yang terdiri atas janda mau pun pria sebatangkara.
Sekitar pk 08.00, beberapa anak muda yang merupakan sukarelawan PAYB sudah mulai berdatangan ke markas PAYB yang terletak di kawasan Kelurahan Polisen. Tempat yang biasa disebut sebagai base camp ini, nantinya akan dijadikan titik start“perburuan” kaum dhuafa. Hingga 30 menit kemudian, terkumpul 80 an sukarelawan. Usai dilakukan pembekalan dan doa bersama, sembari membentuk konvoi mereka mulai bergerak menuju sasaran.
Tiba di Desa Jagoan, rombongan menemui Turut (60) , seorang pria miskin yang terlahir cacat permanen. Kakinya hanya satu, ironisnya ia hidup sendirian di rumah gubuk berdinding anyaman bambu. Oleh relawan PAYB, ia diberi kasur, sarung dan sembako. Berikutnya, beberapa personil menemui Tumin (65) yang juga kondisinya sangat menyedihkan. Pria papa tersebut menerima paket sembako serta barang lainnya.
Kemudian konvoi meneruskan perjalanan ke beberapa desa di Kecamatan Simo atau sekitar 17 kilometer dari Kabupaten Boyolali. Mereka langsung menyasar ke titik- titik yang telah ditentukan. Untuk anak yatim, diserahkan peralatan sekolah ,buku dan susu. Sementara kaum dhuafa yang masuk target, diberikan beberapa barang yang dibutuhkan serta sembako.
Setelah mengeksekusi puluhan target, konvoi bergerak ke wilayah Kecamatan Mojosongo. Artinya, kembali lagi ke Boyolali selanjutnya menuju arah Surakarta. Begitu tiba di rumah target, tanpa menunggu lebih lama segera dieksekusi. “ Kita masih akan menemui sekitar 15 target lagi,” kata relawan yang sama.
Waduh, baru separuh sasaran saja telah menghabiskan waktu hingga pk 14.00, terus mau selesai jam berapa kalau paket yang ada disalurkan semua ? Karena faktor jarak, akhirnya pk 15.30 saya melepaskan diri dari rombongan. Sebab, berdasarkan penjelasan, dalam sehari jarak tempuh yang dijalani relawan PAYB bisa mencapai 100 kilometer. Wow ! Langsung saja saya memutuskan mundur teratur pulang ke Salatiga.
Sisa target yang hanya 8 orang memang tidak tereksekusi hari ini karena lokasinya relatif cukup jauh, di mana para kaum “teraniaya” keadaan itu bertempat tinggal di Kecamatan Karanggede dan Kemusu. Bila dihitung jaraknya dari ibu kota kabupaten, mungkin mencapai 25-30 kilometer. Jadi, wajar bila ditunda pasalnya relawan telah kehabisan tenaga.