Pemandian air panas di Desa Dowak, Bergas, Kabupaten Semarang memang unik. Hanya dengan membayar biaya masuk sebesar Rp 3.000, orang boleh berendam di kolam selama 24 jam, bahkan bila mau seminggu pun tak dilarang. Seperti apa tempat lokasi pelepas penat sekaligus untuk menyembuhkan penyakit kulit tersebut ? Berikut penelusurannya.
Kendati jarak dari jalan raya Semarang- Bawen tak begitu jauh, namun, karena minimnya petunjuk menuju lokasi pemandian air panas yang berlokasi di Dusun Kalisori, maka banyak orang yang tidak mengetahuinya. Pasalnya, selain melarat publikasi, akses ke lokasi juga tak begitu lebar.
“ Dari jalan raya, tidak ada gapuranya. Sedangkan papan petunjuk tidak begitu besar sehingga saya sempat kebablasan,” kata Suwarno, warga Kaliwungu, Kabupaten Kendal yang berulangkali berendam untuk mengobati penyakitnya.
Senin (20/2) siang, saya sengaja bertandang ke tempat ini, kendati Minggu kemarin sudah berkunjung, namun, karena merasa badan agak cape dan perlu disegarkan, akhirnya saya pacu motor kembali. Dari Salatiga, hanya memerlukan waktu 15 menit perjalanan, maklum jaraknya cuma 20 kilometer.
Usai memotong jalan, berjarak sekitar 200 meter terlihat gapura masuk desa Diwak yang mengusung slogan Desa Wisata. Sekitar 300 an meter dari gapura, motor telah memasuki dusun Kalisori, terlihat beberapa mobil terparkir. Mayoritas bernomor polisi luar kota, sementara untuk sepeda motor, bisa diparkir tepat di atas pemandian sehingga cukup berjalan kaki 10 meteran.
Menurut Sutikno, pemandian air panas ini, sebenarnya merupakan kawasan pribadi, peninggalan almarhum kakeknya. Karena berpotensi mampu menyumbang pendapatan bagi desa, akhirnya atas kesepakatan bersama, dikelola pihak pemerintahan desa. Kompensasinya, pemerintahan desa membangun dan melengkapi sarana serta prasarananya, sedangkan Sutikno bersama adik kandungnya yang bernama Maryanto bertugas menjaga sekaligus menarik restribusi.
Pemandian air panas di Diwak, lanjut Sutikno, sesuai kesepakatan memang sengaja dibuka selama 24 jam. Pasalnya, banyak pengunjung yang berlama- lama berendam hingga malam hari, akhirnya pihak pengelola memutuskan dibuka untuk umum selama sehari semalam tanpa mengenal istilah libur. “ Bahkan, di malam hari suasana lebih ramai pak. Apa lagi di malam Jumat Kliwon,” ungkapnya.
Dengan sedikit mengabaikan kalimat terakhirnya, akhirnya saya ikut berendam. Di sini saya bertemu dengan Suwarno bersama rekan- rekannya. Ia mengaku mengalami gangguan penyakit kulit. Karena direkomendasikan untuk berkunjung ke pemandian air panas Diwak, akhirnya ia pun menurutinya. Sampai sekarang, dirinya sudah berkunjung hampir 5 kali.
Memang, saat seluruh tubuh masuk ke dalam air, ada sensasi tersendiri. Selain terasa hangat, kaki juga tidak merasakan adanya gratifikasi bumi. Ketika saya kepala saya bersandar di tembok sambil duduk di tangga, kaki langsung melayang ke permukaan. Begitu pun orang- orang yang ikut berendam, semuanya dua kakinya melayang.
“ Saya sendiri pernah datang ke sini malam Jumat Kliwon pak, tapi malah tak bisa berendam karena saking banyaknya orang. Kata orang- orang, berendam di hari keramat itu, bisa membuat keinginan kita terkabul,” jawab Suwarno yang mengaku belum pernah membuktikan kebenaran kabar tersebut.
Memang, suasana di kolam pemandian air panas sendiri terasa cukup mistis. Apa lagi di malam hari, pasalnya selain berada di pinggir sungai cukup besar, lampu penerangaan juga dipasang kurang terang. Jadi, kalau ada pengunjung menganggap berendam di malam Jumat Kliwon mampu mengabulkan permohonannya, ya sah- sah saja. Namanya saja orang sesat pikir.
Yang pasti, saya sendiri lebih berfikir rasional. Dengan berendam air panas yang tentunya mengandung belerang meski kadarnya tipis, otomatis tubuh merasa segar. Begitu pun bagi yang mengalami gangguan penyakit kulit, maka bila berhasil sembuh ya sangat wajar soalnya belerang memang mampu melibas segala bentuk gatal- gatal.
Itulah sedikit penelusuran keberadaan pemandian air panas di Diwak yang istimewanya buka 24 jam dengan tarif masuk murah meriah. Catatan bagi pengelola, harusnya mulai jalan raya sudah dipasang petunjuk berukuran besar sehingga calon pengunjung tak harus kesasar lebih dulu. Salam lestari ! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H