Kendati usianya hampir memasuki 3 tahun, jarang orang yang mengenal Komunitas Berbagi Nasi (KBN) Kota Salatiga. Penyebabnya, selain aktivitas sosialnya kerap berlangsung malam hari, ternyata juga miskin publikasi. Akibatnya, hanya relawan dan golongan papan bawah saja yang mengetahuinya. Seperti apa sepak terjangnya, berikut catatannya.
Selasa (14/2) malam, Kota Salatiga sejak siang hari diguyur hujan tiada henti. Sekitar pukul 20.30, sedikitnya 6 orang pemuda mengendarai sepeda motor terlihat berbincang di sebelah timur Lapangan Pancasila atau tepatnya di gardu listrik. Tak berapa lama, sembari mengenakan mantel plastik dan membawa 40 bungkus nasi beserta lauknya, mereka mulai bergerak menyusuri jalanan. Anak- anak muda tersebut adalah bagian KBN yang akan menyapa sekaligus membagikan “logistik” bagi kaum dhuafa.
Sampai Pukul 23.00, “gerilya” para “pejuang” KBN berakhir. Sedikitnya 40 “amunisi” berupa nasi dan lauknya sudah didistribusikan dengan merata. Setelah mengevaluasi aktivitas malam itu kurang lebih 15 menit, mereka membubarkan diri. Sabtu (18/2) malam, kegiatan serupa bakal kembali digelar. “Khusus tanggal 14 Febuari, kita memang punya agenda berbagi,” kata Dwi Purwoko, koordinator KBN Kota Salatiga.
Mengikuti sekaligus mencermati sepak terjang para “pejuang” berbagi nasi ini membuat saya ingin menelisik lebih jauh tentang keberadaan KBN berikut personilnya. “KBN Kota Salatiga dibentuk bulan Desember tahun 2014 lalu, pembentukannya juga spontan saja. Tanpa melalui pembicaraan yang bertele-tele,” kata Dwi Purwoko yang biasa disapa Dwi.
Dwi yang juga salah satu inisiator aksi sosial tersebut menjelaskan, pada bulan Desember 2014 lalu, ia tengah menguber data tentang Kota Magelang di internet. Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada twitter @berbaginasiMGL, di mana, di-posting berbagai aktivitas anak-anak muda Kota Getuk tersebut dalam merespons kaum papa di jalanan. “Setelah saya telusuri, ternyata KBN Kota Magelang menginduk pada KBN Kota Bandung,” ungkap Dwi.
Ternyata, respons anak-anak muda di Kota Salatiga sangat antusias. Sedikitnya 30 orang menyatakan dukungannya sehingga pada tanggal 12 Desember 2014 KBN Kota Salatiga resmi terbentuk. Kendati berbentuk komunitas, kelompok ini tidak mempunyai AD ART seperti organisasi-organisasi lainnya, pasalnya, tak ada peraturan yang mengikat. Para “pejuang” bebas keluar-masuk, yang penting memiliki semangat berbagi.
Begitu pun kelompok anak motor, mereka kerap menggandeng KBN Kota Salatiga untuk menggelar aksi sosial. Seperti pada hari Minggu (12/2) lalu, mereka menyediakan sembako senilai Rp 100.000 yang dibagikan pada 26 warga tak mampu. “Aksi sosial bersama komunitas lain kerap kami lakukan, prinsipnya kami terbuka bekerja sama dengan siapa pun,” jelas Dwi.
Itulah sedikit catatan tentang sepak terjang KBN Kota Salatiga. Kendati mereka hanya melakukan langkah kecil, tetap sangat layak diapresiasi. Sebab, ketika kaum dhuafa kelaparan di tengah malam, mereka hadir tanpa diminta. Lagian, kita belum tentu mau menjalaninya. Terlebih lagi, pada hari Selasa malam kemarin, saat anak-anak muda yang lain tengah merayakan hari Valentine, mereka berhujan-hujanan membagikan nasi bungkus menyusuri penjuru kota. Keren! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H