Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengikuti "Gerilya" Berbagi Nasi di Salatiga

15 Februari 2017   16:42 Diperbarui: 18 Maret 2017   02:00 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membangunkan kaum dhuafa yang tertidur (foto: dok pri)

Kendati usianya hampir memasuki 3 tahun, jarang orang yang mengenal Komunitas Berbagi Nasi (KBN) Kota Salatiga. Penyebabnya, selain aktivitas sosialnya kerap berlangsung malam hari, ternyata juga miskin publikasi. Akibatnya, hanya relawan dan golongan papan bawah saja yang mengetahuinya. Seperti apa sepak terjangnya, berikut catatannya.

Selasa (14/2) malam, Kota Salatiga sejak siang hari diguyur hujan tiada henti. Sekitar pukul 20.30, sedikitnya 6 orang pemuda mengendarai sepeda motor terlihat berbincang di sebelah timur Lapangan Pancasila atau tepatnya di gardu listrik. Tak berapa lama, sembari mengenakan mantel plastik dan membawa 40 bungkus nasi beserta lauknya, mereka mulai bergerak menyusuri jalanan. Anak- anak muda tersebut adalah bagian KBN yang akan menyapa sekaligus membagikan “logistik” bagi kaum dhuafa.

Para
Para
Setiap bertemu dengan gelandangan maupun orang-orang yang tak memiliki tempat tinggal, personil KBN yang biasa disebut “pejuang” menghampiri. Setelah berbasa-basi sebentar, orang-orang terlantar yang biasa tidur di teras pertokoan segera diberi nasi bungkus atau dalam bahasa KBN dinamakan “amunisi”. Selanjutnya, masih di tengah gerimis, kelompok kecil ini bergerak lagi mencari sasaran lainnya.

Membangunkan kaum dhuafa yang tertidur (foto: dok pri)
Membangunkan kaum dhuafa yang tertidur (foto: dok pri)
Melewati Jalan Ahmad Yani, Jalan Jendral Sudirman (kota), Jalan Kartini, Jalan Diponegoro, bunderan Taman Sari hingga kembali ke Lapangan Pancasila rupanya niat baik para “pejuang” ini kurang direspons positif oleh alam. Terbukti, hingga Pukul 21.30, langit tetap saja setia menurunkan gerimis. Kendati begitu, mereka mengabaikannya. Gelandangan, tukang becak, pemulung, maupun orang gila yang sudah dibuai mimpi dibangunkan untuk menerima nasi bungkus.

Sampai Pukul 23.00, “gerilya” para “pejuang” KBN berakhir. Sedikitnya 40 “amunisi” berupa nasi dan lauknya sudah didistribusikan dengan merata. Setelah mengevaluasi aktivitas malam itu kurang lebih 15 menit, mereka membubarkan diri. Sabtu (18/2) malam, kegiatan serupa bakal kembali digelar. “Khusus tanggal 14 Febuari, kita memang punya agenda berbagi,” kata Dwi Purwoko, koordinator KBN Kota Salatiga.

Salah satu
Salah satu
Begini awal Berdirinya

Mengikuti sekaligus mencermati sepak terjang para “pejuang” berbagi nasi ini membuat saya ingin menelisik lebih jauh tentang keberadaan KBN berikut personilnya. “KBN Kota Salatiga dibentuk bulan Desember tahun 2014 lalu, pembentukannya juga spontan saja. Tanpa melalui pembicaraan yang bertele-tele,” kata Dwi Purwoko yang biasa disapa Dwi.

Dwi yang juga salah satu inisiator aksi sosial tersebut menjelaskan, pada bulan Desember 2014 lalu, ia tengah menguber data tentang Kota Magelang di internet. Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada twitter @berbaginasiMGL, di mana, di-posting berbagai aktivitas anak-anak muda Kota Getuk tersebut dalam merespons kaum papa di jalanan. “Setelah saya telusuri, ternyata KBN Kota Magelang menginduk pada KBN Kota Bandung,” ungkap Dwi.

Berbagi sembako bersama anak motor (foto: dok DP)
Berbagi sembako bersama anak motor (foto: dok DP)
Menurut Dwi, melalui penelusuran akun @berbaginasiID (Bandung), belakangan ia berhasil mengontak salah satu adminnya yang bernama Danang. Seluk-beluk aktivitas sosial dijelaskan oleh Danang secara detail. “Setelah saya mengerti, akhirnya temuan ini saya share ke rekan-rekan di Salatiga,” jelasnya.

Ternyata, respons anak-anak muda di Kota Salatiga sangat antusias. Sedikitnya 30 orang menyatakan dukungannya sehingga pada tanggal 12 Desember 2014 KBN Kota Salatiga resmi terbentuk. Kendati berbentuk komunitas, kelompok ini tidak mempunyai AD ART seperti organisasi-organisasi lainnya, pasalnya, tak ada peraturan yang mengikat. Para “pejuang” bebas keluar-masuk, yang penting memiliki semangat berbagi.

Mengunjungi seorang warga untuk mengantar sembako (foto: dok DP)
Mengunjungi seorang warga untuk mengantar sembako (foto: dok DP)
“Yang menggembirakan, masyarakat Salatiga ternyata juga merespons positif. Terbukti, banyak donatur yang secara rutin menyediakan nasi bungkus setiap hari Sabtu malam,” jelas Dwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun